search

The Fabulous Four Kruisin’ to the Fabulous Vegas

Kabar menggugah bagi blantika musik Indonesia: pionir rockabilly di skena muda Nusantara, The Hydrant, diberi kehormatan untuk tampil di ajang rockabilly terbesar sejagat: Viva Las Vegas 2016.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

THE FABULOUS FOUR KRUISIN’ TO THE FABULOUS VEGAS

Photo: Erick EST
Photo: Erick EST

Kabar menggugah bagi blantika musik Indonesia: pionir rockabilly di skena muda Nusantara, The Hydrant, diberi kehormatan untuk tampil di ajang rockabilly terbesar sejagat, Viva Las Vegas 2016.

Kuartet asal Bali ini beberapa pekan silam dikirimi surat undangan langsung oleh Tom Ingram, penggagas sekaligus penyelenggara Viva Las Vegas. Band bentukan 2004 ini dijadwalkan tampil pada April 2016. Yang mencengangkan, dalam skala Asia, The Hydrant merupakan satu di antara hanya dua negara yang diundang untuk beraksi. Negara selain Indonesia adalah Jepang, negara dengan kancah rockabilly yang amat kuat dan begitu berwibawa—barangkali cuma kalah pamor oleh Amerika Serikat, tempat asal mula rockabilly. Artinya, keberadaan empat kawanan klimis ini kolosal diperhitungkan.

TourPoster

Dari sejak kali pertama diselenggarakan pada tahun 1998, The Hydrant bakal menjadi grup musik paling pertama dari negeri ini yang diundang untuk berlaga di Viva Las Vegas. Belum pernah ada satu pun wakil dari Indonesia sempat menjajal Viva Las Vegas sama sekali. Semuanya diawali oleh keisengan Adi, sang pembetot bas, pada 2013 silam. Ketika ia mendapat kontak Tom Ingram dari sejawat pegiat rockabilly, ia iseng menyurati seraya mengirimi tautan-tautan yang berkaitan dengan kiprah The Hydrant. Tom, yang berprofesi DJ serta veteran rockabilly asal Inggris, bak nihil atensi di permulaan. Adi, pasca beberapa kali bersurat, kemudian menyudahi korespondensi yang dipikirnya cuma berakhir satu arah. Mendadak saja di bulan Agustus lalu, Adi mendapat kiriman paket dari Amerika Serikat. Rupanya dari Tom Ingram langsung yang meminta The Hydrant berpartisipasi di Viva Las Vegas pada April 2016.

Photo: Matthew Oldfield Photography.
Photo: Matthew Oldfield Photography.

The Hydrant yang sedang sibuk mempersiapkan pesta penerbitan album yang baru saja dirilisnya, Lokananta Riot, tersentak kaget campur gembira mendapat kabar sedemikian spektakuler. Rencana awal yang semula sekadar bergembira ria memperkenalkan komposisi teranyar bakal disatukan dengan acara penggalangan dana untuk keberangkatan ke Amerika Serikat.

Rockabali Bandidos will be shakin’ Sin City!

VLVposter-rszd

VIVA LAS VEGAS

Viva Las Vegas adalah konser musik Rockabilly terbesar dan paling terhormat di dunia.

Diprakarsai oleh Tom Ingram, seorang DJ dan veteran Rockabilly asal Inggris, Viva Las Vegas telah bergulir sejak tahun 1998 alias 18 tahun yang lalu serta selalu mengambil tempat di kota Las Vegas, negara bagian Nevada, Amerika Serikat.

Photo: Sad Man's Tongue Rockabilly Bar & Bistro - Prague
Photo: Sad Man’s Tongue Rockabilly Bar & Bistro – Prague
Switchblade 3. | Photo: thefabuloustimes.com
Switchblade 3. | Photo: thefabuloustimes.com

Viva Las Vegas bukan melulu menampilkan konser musik saja namun juga pameran mobil-mobil klasik dan hot rods, pagelaran busana, burlesque shows, lomba bowling, dan banyak kegiatan lainnya. Festival yang tadinya hanya dihadiri 2000 pengunjung kini telah melonjak menjadi rata-rata 20.000 orang sejak beberapa tahun terakhir. Berawal dari sekadar 2 panggung sekarang sudah 6 panggung, 12 peserta parade mobil klasik dan hot rods, melonjak menjadi ratusan. Grup-grup musik yang tadinya berskala Amerika Serikat dan Inggris saja kini telah mencakup sebagian besar benua-benua yang ada di dunia. Lebih dari 60 band dan lusinan DJ telah dipastikan tampil.

———-

• Foto di halaman depan dipinjampakai dari Fred Pecker.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top