search

Tonite! NWOBHM, Iron Fist, Denim & Leather!

The New Wave of British Heavy Metal (frequently abbreviated as NWOBHM) was a heavy metal movement that started in the late 1970s, in Britain, and achieved international attention by the early 1980s. The movement developed as a reaction in part to the decline of early heavy metal bands such as Deep Purple, Led Zeppelin and Black Sabbath. NWOBHM bands toned down the blues influences of earlier acts, incorporated elements of punk, increased the tempo, and adopted a "tougher" sound, taking a harder approach to its music. It was a scene directed almost exclusively at heavy metal fans. The era is considered to be a major foundation stone for the extreme metal genres; acts such as the American thrash metal band Metallica cite NWOBHM bands like Saxon, Motörhead, Diamond Head, and Iron Maiden as a major influence on their musical style Reviled or ignored by many mainstream critics in both the UK and the US, the NWOBHM nonetheless came to dominate the heavy metal scene of the early-mid 1980s. NWOBHM was musically characterized by fast upbeat tempo songs, power chords, fast guitar solos and melodic, soaring vocals, with lyrical themes often drawing inspiration from mythology and fantasy fiction. The early movement was associated with acts such as Iron Maiden, Def Leppard, Saxon, Motörhead, Angel Witch, Tygers of Pan Tang, Blitzkrieg, Avenger, Sweet Savage, Girlschool, Jaguar, Demon, Diamond Head, Samson and Tank, among others. The image of bands such as Saxon, consisting of long hair, denim jackets, leather and chains, would later become synonymous with heavy metal as a whole during the 1980s. Some bands, although conceived during this era, saw success on an underground scale, as was the case with Venom and Quartz.
Edition: Wednesday, February 09, 2011Rock-n-Roll Exhibition: PHILIPS VERMONTELagu-lagu Empat Musim:: Playlist, intro, and song descriptions, handpicked and written by Philips himself :: Siapa tak kenal mahakarya komponis besar Italia, Antonio Vivaldi yang berjudul The Four Seasons (Le Quattro Stagioni). Mahakarya ini terdiri dari empat set orkestrasi biola dimana Vivaldi 'berkisah' tentang empat musim: spring, summer, autumn/fall, winter. Menjadi mahasiswa di Amerika dalam lima tahun terakhir memberi saya kesempatan menikmati (juga mengalami derita) empat musim yang bergerak dari satu ekstrim ke ekstrim lain. Membuat list lagu terbaik adalah tugas maha berat. Maka, saya melarikan diri dengan memilih sekedar menulis lagu-lagu yang menemani saya melalui empat musim setiap tahun, selama lima tahun terakhir.
DOMESTIC GROOVE ~ Celeb's Chosen Seven is my biweekly column in The Beat (Jakarta) mag. Basically it's an interview via e-mail which focuses on small, intimate, domestic stuff; what Indonesia's public figures are really into, musically speaking. For the tenth edition I went upclose-and-personal with Marcell Siahaan.
DOMESTIC GROOVE ~ Celeb's Chosen Seven is my biweekly column in The Beat (Jakarta) mag. Basically it's an interview via e-mail which focuses on small, intimate, domestic stuff; what Indonesia's public figures are really into, musically speaking. For the ninth edition I went upclose-and-personal with Dewiq.
Tonite! Wednesday, 2010; 8-10 PMR-n-R Exhibition [mini version]: OPPIE ANDARESTATemple of Everlasting Light:: Introduction and playlist, written and handpicked by Oppie Herself :: Perjalanan karir musik saya sebagai penyanyi dan pencipta lagu di awali dengan terdamparnya saya di sebuah tempat di jalan Potlot 14 di awal 90an. Pada saat itu teman-teman saya yang sebagian besar rocker (Pay, Bimbim, Bongkie) sedang seru-serunya mendengarkan Whitesnake, Led Zeppelin, dll. Saya yang baru lulus SMA dan memainkan jazz fussion bersama Indra (yang kemudian bergabung dgn Slank), Ronald (mantan Gigi), Marshal (Ada band) mau tak mau mendengarkan musik rock setiap hari dengan cukup intens. Apalagi kemudian saya, Bimbim, dan Pay sempat membentuk grup band yang membawakan lagu-lagu rock dari Heart, Starship, Whitesnake, dll. Lalu satu malam saat kami nongkrong sambil mendengarkan Bimbim yang tahu keinginan saya untuk menjadi penyanyi bilang, " Kalau mau jadi penyanyi, jadilah penyanyi yang menciptakan lagu sendiri. Penyanyi yang punya sikap/pesan." Kemudian Pay datang dengan membawa album pertama Tracy Chapman, penyanyi perempuan kulit hitam, yang lagunya berlirik menggigit. Tracy bukan "a girl with sexy look". Bisa dibilang Tracy Chapman adalah role model saya dalam bermusik. Saya mendengarkan berbagai jenis musik. Tapi saya selalu tertarik untuk mendengarkan dan belajar dari musisi perempuan lainnya yang bisa memainkan instrumen, menciptakan lagu, dan punya sikap/pesan kuat di karya mereka. Berikut adalah lagu/musik yang yang juga memberi inspirasi saya bermusik, musik yang membuat saya joget di atas pool table atau nyebur ke swimming pool, musik yang membantu saya tetap waras, musik yang saya putar di awal hari saya, yang saya putar di ujung hari saya, yang saya dengar saat saya PMS, musik/lagu yang biasa saya dan teman-teman nyanyikan sampai suara saya habis... ♪♬♫ Radio streaming live http://army.wavestreamer.com:6356/listen.pls
Edition: May 19, 2010; 8-10 PMRock-n-Roll Exhibition: MARCEL THEEIt's Fascist-lite, I Know, But Yeah...:: Playlist & notes, handpicked & written by Marcel Himself :: These are songs I grew up and down with. Songs I took my first and last hit with. Songs I played various livid games to. Some of them are current, most are old, but all are part of my 29-odd years in the world. Tentu aja ada terlalu banyak yang juga dapat merepresentasikan hidup gue dengan sempurna sampai sekarang; tapi gue memilih spesifik lagu-lagu ini karena kontrasnya mereka yang mencerminkan kontrasnya public persona gue dan band gue sehubungan dengan pertanyaan: "Kok Sajama Cut berubah-rubah terus sih musiknya?" Don't limit your love, that's what I say. Lastly, I hope this song will let people know how to approach your love for music to as opposed to listening to what the white jeans-ed guy next to them - or SPIN (Yuhhccc) or maximumrocknroll or RS or whatever is telling them to. It's fascist-lite, I know, but yeah...
Edition: October 28, 2010Rock-n-Roll Exhibition: DEDIDUDEApa Lagu yang Tepat untuk Saya Dengarkan di Hari Ini!:: Playlist and notes, written and handpicked by Dedi Himself :: Saya besar dengan musik Rock, di umur 4 tahun di rumah sudah terbiasa dengan musik-musik yang lumayan kencang yang disetel kakak saya. Walaupun kebanyakan adalah Metal dan Progressive (tidak heran karena 80-an awal Prog tumbuh subur dimanapun). Keuntungan dan kerugian punya basic di Prog adalah ketika kita bisa mengapreasi semua jenis musik. Keuntungannya: kita dengan gampang menemukan musik yang pas dengan kita. Kerugiannya: semua jenis musik kita pengen jadiin koleksi ehhehe... Gak heran bila terselip Herbie Hancock atau Miles Davis di deretan CD dan vinyl-vinyl Metal saya :D Memilih ribuan lagu yang telah saya dengarkan dan memilih yang terbaik untuk durasi 2 jam adalah sangat tidak mungkin, list berikut di bawah adalah bukan list "the best of", tapi lebih tepatnya list yang bisa mewakili saya bila ditanya: "Apa lagu yang tepat untuk didengarkan di hari ini?"
Edition: March 24, 2010Rock-n-Roll Exhibition: OTONG KOILtop ov the pops:: Playlist & notes, handpicked & written by Otong Himself ::sepeerti nonton inbox ini lagulagu pop yg super katchy di telinga melodi yg manis lirik yg brilliant kalo kamu tida suka sebaeknya kamu ngarang lagu sendiri aja
Edition: February 17, 2010Rock-n-Roll Exhibition: SOLEH SOLIHUNSebuah Pengakuan untuk Mendapat PengakuanMembuat playlist model begini, identik dengan pamer referensi. Apalagi judulnya yang super canggih: Rock-n-Roll Exhibition, lengkap dengan seorang kurator yang menyebarluaskan playlist ini ke orang-orang yang dianggap kredibel dan kompeten soal musik. Wuih, ngeri. Ini adalah jawaban untuk pertanyaan beberapa orang soal musik yang saya sukai. Pada dasarnya, saya menyukai rock n’ roll music (film Grease (1978) yang saya tonton sewaktu SD bertanggungjawab atas ini). Nama-nama di bawah ini, saya kenal sebagian besar melalui pergaulan. Saya bukan tipikal pecinta musik yang sejak kecil mengoleksi kaset. Uang jajan pas-pasan jadi salah satu faktor utama. Akibatnya, masa kecil saya lebih banyak mendengarkan apa yang ada di radio atau kaset yang dibeli bapak saya. Lalu di masa SMP kelas 1, karena dipaksa ikut pesantren kilat selama sebulan, saya jadi merasa berdosa mendengarkan musik sepulangnya dari sana (tak heran, sebulan saja bisa berdampak begitu, apalagi yang bertahun-tahun). Maklum, mereka tipikal pesantren yang mengharamkan musik. Seingat saya, instrumen musik mereka haramkan, yang boleh hanya rebana. Padahal setelah dipikir-pikir, gitar listrik memang belum ditemukan di jaman Nabi. Lalu saya hanya mendengarkan Iwan Fals dan Slank, karena saya pikir mereka itu beragama Islam, jadi mungkin dosanya tak terlalu besar. Teman sebangku saya di SMP mendengarkan Misfits, Guns N Roses, Faith No More, Nirvana hingga Ugly Kid Joe dan segala macam musik yang sedang tren di awal ’90-an, tapi saya berusaha menahan diri supaya tak tergoda. Selepas SMA, karena daya tarik itu semakin besar atau mungkin juga karena iman saya yang semakin berkurang barulah saya membuka diri terhadap musik-musik yang bukan dimainkan oleh orang Islam. Dan saya menyesal karena tak membuka diri pada rock n’ roll sejak dulu. Pelajaran berharga: fasis sayap kanan kurang tahu cara bersenang-senang. Dan ini adalah beberapa lagu dari musisi atau kelompok musik yang ketika mendengarkan karya-karya mereka untuk kali pertama memberikan sensasi berdebar yang semakin membuat penasaran serta akhirnya selalu bisa menimbulkan perasaan senang buat saya. Suara gitar yang kasar, vokal yang tak manis [saya kurang suka penyanyi pria dengan gaya bernyanyi syahdu manis plus improvisasi vokal yang bergetar], lirik yang bagus, serta semangat lagu yang agresif adalah beberapa hal yang sering mudah menarik telinga saya.
Upcoming Rock-n-Roll Exhibition: DEDIDUDEApa Lagu yang Tepat untuk Saya Dengarkan di Hari Ini?:: Playlist & notes, handpicked & written by Dedi Himself ::Saya besar dengan musik Rock, di umur 4 tahun di rumah sudah terbiasa dengan musik-musik yang lumayan kencang yang disetel kakak saya. Walaupun kebanyakan adalah Metal dan Progressive (tidak heran karena 80-an awal Prog tumbuh subur dimanapun). Keuntungan dan kerugian punya basic di Prog adalah ketika kita bisa mengapreasi semua jenis musik. Keuntungannya: kita dengan gampang menemukan musik yang pas dengan kita. Kerugiannya: semua jenis musik kita pengen jadiin koleksi ehhehe... Gak heran bila terselip Herbie Hancock atau Miles Davis di deretan CD dan vinyl-vinyl Metal saya :D Memilih ribuan lagu yang telah saya dengarkan dan memilih yang terbaik untuk durasi 2 jam adalah sangat tidak mungkin, list berikut di bawah adalah bukan list "the best of", tapi lebih tepatnya list yang bisa mewakili saya bila ditanya "apa lagu yang tepat untuk didengarkan di hari ini?"
Upcoming Rock-n-Roll Exhibition: FELIX DASSKatakan Nanti Dulu Pada Amerika:: Playlist & notes, handpicked & written by Felix Himself ::Ketika ditawari untuk membuat playlist untuk acara ini, secara instan banyak sekali lagu yang berseliweran di kepala saya. Tapi, sulit untuk menemukan benang merah yang mampu memberi identitas keseragaman yang mengikat masing-masing lagunya. Saya merasa memerlukan ini karena sebenarnya selera musik saya cenderung lebar; dengan demikian batasannya menjadi cair. Saya masih menjadi penggemar berat Slank dan di satu sisi tetap mengakrabkan diri dengan rilisan paling hangat dari Inggris semodel Mumford and Sons. Keberagaman itu membuat saya cukup berpikir keras. Bahkan, sebenar-benarnya, lagu-lagu di playlist ini diselesaikan dalam tengat waktu yang sangat mepet. Padahal sudah diberi informasi tengatnya sejak jauh-jauh hari. Jadi, antara sulit memilih, kepepet, dan ya sudahlah jadi saja. Mengutip si empunya program ini, “Gue biasa berurusan dengan penulis yang cacat tengat waktu.” Jadi, sudah pasti kasus saya bukan hal yang luar biasa. Di playlist ini, saya bersikap anti Amerika. Untuk saya, scene musik Amerika bukanlah tidak menarik. Tapi saya memilih untuk sedikit meminggirkannya kali ini. Amerika, dalam konteks referensi musik saya, agak membosankan. Pilihan ini termasuk mengandung konsekuensi untuk meminggirkan beberapa favorit personal sepanjang masa model Simon and Garfunkel, The Smashing Pumpkins, dan Hootie and the Blowfish. Tapi, sesungguhnya memang jauh lebih banyak musik bagus di luar Amerika. Lagu-lagu di playlist ini adalah mereka yang secara personal bisa menyeruak dalam sekat ruang hidup saya di berbagai momen. Ada yang bertahan lama sejak awal 90-an---momen di mana saya mulai membuka mata terhadap musik---hingga yang baru-baru saja mampir berkunjung. Saya pertama kali menjadi pengonsumsi aktif musik sejak duduk di bangku kelas lima SD. Di jaman itu, Dewa 19 masih terdengar sangat keren. Pun sama dengan R.E.M. yang sedang mekar merekah selepas hijrah dari IRS. Sesungguhnya, akses yang terbuka lebar pada musik itu, justru saya dapatkan kemudian ketika memulai hidup tujuh tahun di Bandung. Di sanalah saya berkenalan dengan banyak orang yang membuka mata saya lebar-lebar bahwa di sana ada segudang musik super seru yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Itu kenapa ada Aztec Camera atau Rod Steward di dalam playlist ini. Keputusan untuk menubruk banyak genre musik di playlist juga bisa jadi membuat playlist saya menjelma menjadi salah satu yang paling ‘lembut’ dari yang pernah ada di serial ini. Pada intinya, inilah lagu yang selalu bergentayangan di hidup saya dari masa ke masa. Beberapa diantaranya, pernah ada di mix cd yang saya persembahkan untuk sejumlah orang. Jadi, selamat menikmati. Kalau saya punya akses internet yang cukup cepat, mungkin playlist ini bisa ditemukan di sebuah ruang di internet. Cheers!
Upcoming Rock-n-Roll Exhibition: INDRA AMENG33 Songs of My Monday Mayhem Playlist:: Playlist & notes, handpicked & written by Ameng Himself ::Playlist ini spesial saya siapkan untuk dimainkan pada acara Monday Mayhem di bar legendaris, Parc, enam tahun yang lalu. Pertama kali saya diundang main sebagai Guest DJ di Monday Mayhem oleh Nasta Sutardjo pada tanggal 1 Maret 2004, saya langsung berpikir untuk mainin set list yang saat itu belum diputarkan di Parc. Idenya adalah memutarkan lagu-lagu yang bisa bikin suasana ramai hingar-bingar, bisa sing along, dan teriak-teriak bersama. Untuk itu saya perlu musik yang keras, bikin semangat, sekaligus juga lagu-lagu yang bisa dinyanyiin bareng-bareng. Karena itu saya memilih membuat spesial set Tribute untuk era 80s Glam Metal dan Hair Metal Band setiap main di Parc. Era Rock yang menghasilkan banyak lagu-lagu “anthemic”, yang bikin anak-anak muda di tahun 80-an pengen nge-band dan punya rambut gondrong. Masa 80-an ini jadi salah satu periode yang menyenangkan buat saya. Semasa masih di kelas 4 Sekolah Dasar tahun 1984, saya suka nginep di rumah kakak sepupu saya di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Dia mengkoleksi banyak kaset-kaset album Rock dari mulai Kiss, Rush, Iron Maiden, Van Halen dan masih banyak lagi lainnya. Dari situ, saya suka mendengarkan kaset-kasetnya dan mulai mengidolakan band-band tersebut, sampai ikutan mengkoleksi kaset-kaset keluaran Team Records dengan titel “Rockline”, Aquarius, Yess, dll. Berlanjut dengan beli majalah Vista yang banyak memuat foto-foto dan berita band-band Rock idola saya, beli poster band, beli kaos band di Ratu Plaza, dan ikut nonton konser di Bulungan. Lagu-lagu dari band-band inilah yang jadi soundtrack masa ABG saya. Gara-gara kakak sepupu saya ini, saya lebih banyak menghabiskan masa remaja mendengarkan lagu-lagu Motley Crue, Iron Maiden, Metallica, Anthrax, dkk, dan bukan Duran-Duran atau Spandau Ballet ☺. Kembali ke Parc, saat pertama main di Parc dengan playlist ini, saya meminta sebuah mikrofon, yang awalnya saya pergunakan untuk berbicara sedikit membuka set sebelum lagu pertama diputar, dan baru kemudian mikrofon dibuka untuk siapa pun yang ingin ikut bernyanyi. Kemudian keterusan menjadi kebiasaan untuk selalu menyediakan mikrofon setiap main. Setelah sempat dua kali main sebagai DJ amatiran, rasanya garing juga main sendokiran..., baru kemudian saya ajak Indra Tujuh (yang punya selera sama dan emang DJ beneran…hehehe) sebagai partner untuk mainin playlist ini, dan jadilah duet DJ “Duo Indra” sebagai spesialis lagu-lagu era 80s Glam Metal dan Hair Metal Band di Parc. Playlist ini saya dedikasikan untuk Monday Mayhem, teman-teman yang mengenang masa muda di tahun 80-an, juga untuk berbagi kepada mereka yang nggak ngalamin era rock 80-an dan tentunya untuk menghibur hati yang luka… hehehe… p.s.: oh ya, terima kasih pada partner saya, Agent Virgo Ago Go yang mengusulkan pada saya agar men-share playlist ini di program The Block Rockin’ Beats.
Edition: February 24, 2010Rock-n-Roll Exhibition: KEKE TUMBUANMy Magical Music Trippy Trip!:: Playlist & notes, handpicked and written by Keke herself :: ...Ceritanya kompilasi gwe ini isinya musik-musik yang outer worldly kerennya sehingga bisa bikin lo terbang tanpa pake sayap. Kebanyakan fokus ke suara-suara gitarnya. I love guitar sounds so much it’s not even funny (cuz I can’t play it!). Yang gwe tampilin kebanyakan adalah musisi dan bands yang gwe suka, dan ada beberapa juga yang gwe anggap membuat gwe suka musik rock tapi not necessarily a band that I still listen too. Gwe harus berterima kasih kepada kakak cewek gwe yang jauh lebih tua dari gwe umurnya, plus temen-temen cowoknya, yang dulu sering meninggalkan majalah-majalah musik di rumah gwe.
Edition: February 10, 2010Rock-n-Roll Exhibition: ALDO SIANTURIMusic from the Heart, Speak Art!:: Playlist & notes, handpicked and written by Aldo Himself :: What I like most about music is how musicians are trying to speak to me, tell me something, send me a message. And nothing is more satisfying than realizing that message and acting on it. So with this opportunity I thank to everybody who love music from their heart. Just ignore everybody when you speak art!
Mungkin momen yang tak terjadi pada setiap orang bisa mengenal musik Rock semenjak usia 8. Dan lagi, yang dikenal adalah grup macam Alice Cooper, Uriah Heep, Led Zeppelin, dll seangkatannya di tahun 1978. Itu karena Oom saya yang nge-Rock abis dimana kita tinggal di Bandung

rudolfdethu

[instagram-feed feed=1]
Scroll to Top