search

Strategi Band Lokal Go-National

Bagi sebuah band lokal, menjadi terkenal---diundang manggung ke berbagai kota, single andalan merajai berbagai chart radio terhormat, kerap tampil di televisi nasional, dsb---sering berhenti hanya sekadar jadi obsesi muluk, sebatas mimpi indah. Angan-angan sejuk tersebut belum apa-apa macet begitu saja bukannya tanpa sebab. Kompetisi yang ultra ketat, jarak yang jauh ke pusat industri hiburan (baca: Jakarta), infrastruktur yang terbatas lagi mahal, minimnya koneksi ke sosok-sosok kunci dunia hiburan (pihak label, penyelenggara konser, orang radio, pencari bakat di televisi); menjadi barisan kendala paling wahid dalam perjalanan meraih cita-cita. Dan akibat ketidaksigapan mengatasi kerikil-kerikil penghambat itu, jamak terjadi, artis-artis lokal nan berbakat kemudian meraih gelar juara hanya di daerahnya sendiri, mentok menjadi jago kandang saja, tingkat popularitas dalam skala duhai sempit. Hey, jangan keburu putus asa, jangan instan menyerah. Di segmen berikutnya akan kita kupas beberapa kiat menyiasati ragam masalah di atas.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Kalah Sebelum Berperang
Bagi sebuah band lokal, menjadi terkenal—diundang manggung ke berbagai kota, single andalan merajai berbagai chart radio terhormat, kerap tampil di televisi nasional, dsb—sering berhenti hanya sekadar jadi obsesi muluk, sebatas mimpi indah. Angan-angan sejuk tersebut belum apa-apa macet begitu saja bukannya tanpa sebab. Kompetisi yang ultra ketat, jarak yang jauh ke pusat industri hiburan (baca: Jakarta), infrastruktur yang terbatas lagi mahal, minimnya koneksi ke sosok-sosok kunci dunia hiburan (pihak label, penyelenggara konser, orang radio, pencari bakat di televisi); menjadi barisan kendala paling wahid dalam perjalanan meraih cita-cita. Dan akibat ketidaksigapan mengatasi kerikil-kerikil penghambat itu, jamak terjadi, artis-artis lokal nan berbakat kemudian meraih gelar juara hanya di daerahnya sendiri, mentok menjadi jago kandang saja, tingkat popularitas dalam skala duhai sempit.

Hey, jangan keburu putus asa, jangan instan menyerah. Di segmen berikutnya akan kita kupas beberapa kiat menyiasati ragam masalah di atas.

Internal Affair
Dinamika persaingan di skena musik Nusantara bak medan perang saja. Sebelum berangkat ke zona pertempuran tentu harus menyiapkan segala macam senjata, musti konsolidasi ke dalam dulu.

Iya, yang paling mula adalah pembenahan domestik:

1. Nama Kelompok
Identitas ini penting untuk menunjukkan ke publik siapa diri anda, apa maunya anda. Saat anda memilih nama semacam Kangen Band anda sudah jelas mau menyasar kelompok masyarakat yang mana. Media Distorsi dari sebelum berangkat pasti telah sadar akan susah diakrabi oleh strata kuli bangunan. Benar, sejak awal anda perlu mengambil positioning yang tegas.

2. KTP Genre
Ketika ditanya jenis musik apa yang anda mainkan, sebaiknya hindari jawaban ambigu, “Kita tidak mematok pada satu jenis musik saja” atau “Bebas saja, silakan sebut sesukanya”. Lha, kalau anda sendiri tidak tahu apa yang anda kerjakan, bagaimana orang lain? Orang lain tak punya waktu untuk sibuk memikirkan/menebak/mencari tahu apa maunya anda, si artis baru. Bikin istilah yang menarik jika anda memang cukup kreatif seperti High Octane Rock dan berikutnya baru beri penjelasan what the friggin’ hell that is. Atau kutip satu genre yang sudah umum dikenal orang semisal Pop Rock lalu selanjutnya deskripsikan lebih mengerucut: “Bayangkan Sheila On 7 dengan distorsi gitar yang lebih garang”.

3. Busana
Ingat, anda berkutat di dunia hiburan. Publik sudah terlanjur menaruh harapan berbeda pada anda. “Glam & Glitter” adalah nama tengah anda yang baru. Jadi hindari berpakaian terlalu biasa. Bedakan penampilan ketika nongkrong di warung kopi dengan ketika anda beraksi di panggung. Tampil di sebuah konser musik dan pergi membeli Indomie di mini mart depan rumah dandanannya kudu berbeda. Pula, sebisanya genre yang anda mainkan klop dengan tampilan visual anda. Jangan mengenakan pakaian nan futuristik, pseudo-astronot, jika rumpun musik anda termasuk Pop Balada.

4. Rekan Kerja
Bangun team work yang solid. Ketika dana adalah kendala utama, bentuk yang paling sederhana dulu: personel band + manajer + soundman. Personel band selain bertugas menjadi penghibur juga bisa merangkap menjadi crew bagi dirinya sendiri. Manajer selain mengurusi hal-hal administratif (menindaklanjuti kesepakatan kontrak, follow up technical riders, dll) lazim beralih fungsi menjadi crew. Soundman, biarkan beliau selesaikan dulu urusan ladangnya. Jika memang ada celah luang (yang notabene amat jarang), bisa saja beliau membantu sekedarnya di departemen lain. Camkan, posisi soundman ini sangat vital sebab beliaulah “pengantar pesan” anda. Seberapapun adiluhung dan cemerlangnya permainan anda, jika suara yang keluar dari sound system-nya berantakan niscaya segala atraksi akrobatik anda jadi percuma semata. Sebagai perbandingan, untuk acara-acara di luar kota dengan bayaran pas-pasan, cukup kerap terjadi di sebuah band, yang diberangkatkan hanya personel band DAN soundman. Manajer disimpan dulu di rumah, hanya ditugaskan menyelesaikan tetek bengek perkara administratif sebelum tim diberangkatkan. Soundman? Itu tadi, sehidup semati dengan band. Band berkemas, soundman juga bergegas.

5. Attitude
Duh gusti susah sekali berinteraksi dengan penganut “budaya Timur” seperti bangsa Indonesia ini. Terlalu riuh ewuh pakewuh. Kelewat berlimpah rambu-rambu haram dan halal. Memegang kepala orang tua tidak boleh tapi membuang bayi ke got adalah kebiasaan lumrah. Sebuah standar nan sengkarut. Dan komentar yang sering segampang itu muncrat dari suku Melayu: “Sombong banget tuh orang!” atau “Baru segitu aja udah besar kepala…”. Berpangku tangan, menunjuk dengan tangan kiri, berkacak pinggang, miskin basa-basi, kontan dicap arogan. Ribet memang. Tapi ada cara untuk menyiasatinya. Usahakan di dalam kelompok anda paling tidak sang manajer (this is a must) + 1 personel band (it would be nicer) sanggup menjalankan peran sebagai humas yang ramah dan hangat. Jika sebagian besar personel band bawaan lahirnya memang introvert, lebih suka menutup diri, biar saja. Let them be. Publik masih agak-agak bisa mengerti dengan tingkah polah mereka. “Yah, namanya juga seniman…”, begitu biasanya permakluman yang muncul. Namun jangan sampai seluruh entitas band mencitrakan kesan angkuh/congkak/pongah. Di sinilah fungsi Public Relation jadi maha penting dalam mendongkrak imej anda sebagai artis. Dengan berinisiatif menjadi sosok yang ramah dan bersahabat paling tidak anda akan lebih mudah dibukakan pintu hati, lebih berpeluang diberi kesempatan oleh lawan bicara. Apa susahnya sih untuk tersenyum lebih sering dan lebih lebar?

6. Lagu
Tulis, gubah, karang lagu yang kuat. Well, anda lebih paham tentang apa maunya anda. Subjek berkesenian, itu wilayah anda paling asasi. Adalah asusila jika saya sampai mengintervensi. Saya hanya bilang, boleh-boleh saja anda mengikuti trend asal jangan terlalu larut dengannya. Walau berjuta artis lain melakukan hal yang sama, silakan saja kembali menulis lagu tentang cinta sebab pada dasarnya tema cinta memang cenderung tak lekang oleh waktu. Namun harus diingat, saat sudah sebegitu berjubel artis lain berkisah tentang selingkuh, anda jangan masih turut berdesakan menyuarakan hal tersebut. Momentumnya sudah kadaluwarsa, bung. Ambil sub-tema cinta yang lain misalnya—sekalian konfrontatif—kesetiaan. Atau backstreet love. Atau asmara jarak jauh. Atau jatuh hati pada hijaunya negeri (makna cinta yang lebih lebar). Matter of fact, yang paling baik sih tidak terpaku pada cinta melulu. Eksplorasi, bung, eksplorasi.

7. Materi Publikasi
Selalulah siap dengan cakram digital sebagai perangkat promo yang ringkas namun efektif. Tulis biografi/press release anda—lengkap dengan contact person, diskografi + gigografi—dengan singkat, padat dan tetap menarik (kalau perlu sisihkan sedikit uang anda untuk membayar penulis yang cakap di bidang ini). Sertakan juga satu atau dua lagu (berikut judulnya) + videoklip (jika ada) sebagai pelengkap introduksi. Sinopsis yang atraktif umumnya jitu menggaet minat orang untuk mengenal anda secara lebih dekat.
!Achtung: Biografi maksimal terlampir di 2 halaman saja. Paling cihuy jika bisa tercakup semuanya di satu halaman. Ah, tak perlulah anda sebutkan berita picisan macam pernah tampil akustik di ulang tahun Ketua RT yang kebetulan karib Ayah anda. Data remeh temeh tadi belum perlu. Nanti ketika anda sudah menjadi artis besar baru deh ungkit-ungkit, napas tilas rekam jejak historikal anda.

8. Ramah Jagat Maya
Di jaman serba elektronik ini berjabat erat dengan teknologi internet adalah mutlak, tanpa bisa ditawar-tawar. Selain relatif murah juga jangkauannya tak terbatas (sky is the limit, if you understand what that means). Masih berhubungan dengan tajuk sebelumnya, anda bisa berpromosi gratis lewat jejaring virtual seperti Myspace, Friendster, Multiply, Facebook, dsb. Bayangkan berapa dana yang habis untuk mengirimkan promo kit ke Kazakhstan dibanding mengiklankan diri lewat internet. Katakanlah label rekaman di Jakarta, begitu rumor tentang anda semerbak di skena musik Nusantara, mereka bisa langsung mencari tahu apa dan siapa anda via dunia maya. They can just google you. Simple as that.

Jika semua persiapan di atas sudah matang, baik dan benar; selanjutnya adalah tahap ekspansi penaklukan jazirah bernama Blantika Musik.

Tora! Tora! Tora!
Nama Kelompok? Sudah.
KTP Genre? Beres.
Busana? Aman.
Rekan Kerja? Sip.
Attitude? Yahud.
Materi Publikasi? Siap.
Ramah Jagat Maya? Banget.
…Eh, Lagu, apa kabar? …um, anda belum terlalu berani liar bereksplorasi? Oh well, garap tema familiar saja dulu: cinta, asmara, amore. Rasa sayang penuh kasih pada bir dan Absolut Vodka, misalnya. Tulus mendamba kehidupan dugem yang sakinah, contohnya. Tawakal dan jatuh hati pada kilap gemerincing uang, silakan. Teguh setia menolak menjalankan perintah agama, amin. After all, luhurnya cinta sejati akan selalu mendapat tempat istimewa di hati khalayak, bukan?

Amunisi lengkap. Percaya diri tegap. Armed and oh-so ready. Next destination: Blantikamusikville!

1. Networking

Jangan menunggu. Langsung jemput bola. Paling prioritas, genjot jejaring virtual, buka rekening di Myspace/Multiply/Friendster/Facebook/whatever, karena ini paling murah.
Undang para kenalan untuk jadi teman anda. Undang juga band lain. Beri sentuhan personal, introduksi diri dengan rendah hati, tulis barang 2 – 3 kalimat salam perkenalan. Pasti lebih impresif dibanding ujug-ujug irit bicara nyelonong minta di-add sekenanya. Tidak perlu menimbun teman hingga ribuan di internet karena percuma, mayoritas semu belaka. Secukupnya saja. Toh NOFX yang masuk di jajaran Top Friends anda di Myspace tidak tahu siapa the hell you are (yang jelas sih, ahem, si tambun culas Fat Mike tentu senang mendapatkan calon konsumen baru). Berikutnya, mulailah menjalin kontak dengan simpul-simpul dunia hiburan (event organizers, record labels, significant sponsors, radio announcers, tv presenters, etc). Dan untuk berjaya menembus poros primer show biz sejatinya tidak ada resep khusus kembang-tujuh-rupa segala. Kuncinya hanya keluwesan bergaul, sudi fleksibel. Merasa kurang lincah berbaur? Gampang, bebaskan diri dari atmosfer syak wasangka. Atau curiga. Atau sangsi. Atau skeptis. Dorong dan bangkitkan energi positif. Tersenyumlah ikhlas. Tertawalah lepas. Teori sok asyik, analisa sok holistik “Brand Communication & Postmodern Marketing” yang begitu anda muliakan takkan manjur jika 2 hal sederhana tadi saja anda tak bisa.

2. Penyebaran Hasil Karya
Setelah introduksi diri mendapat sambutan bersahabat, kirimkan biografi anda (yang telah dibubuhi tembang andalan + videoklip atau bootleg konser), boleh via e-mail, bisa snail mail, ke pihak-pihak terkait. Packaging yang impresif (disokong tutur perkenalan awal anda yang ramah) rata-rata akan disambut dengan tangan terbuka. Sang lawan bicara umumnya lebih rela meluangkan waktunya untuk menginvestigasi hasta karya anda. Percayalah, faktor humanisme (hati yang bersih, gestur gembira, mata yang binar bersinar) selalu memegang peran penting dalam hubungan orang per orang. Mau dia Deputy Director Artist & Repertoire, mau dia Burisrawa, acap kali tak tega menjahati orang berpekerti santun. Word up.

3. Jam Terbang
Rajin-rajinlah tampil di arena pertunjukan. Bisa ikut festival formal. Boleh bergerilya di ajang bawah tanah. Sekalian melatih—terutama—mental. Fakta vulgar membuktikan: kepiawaian memetik gitar anda yang “sangat-Satriani” akan mendadak luluh-lantak porak-poranda akibat terlampau mega gugup, saking miskinnya pengalaman ditonton oleh orang banyak. Pula, punahkan pikiran soal uang. Yang penting main dulu. Perkaya pengalaman dulu. Dengan frekuensi kemunculan yang deras (dus makin berkualitas), cepat atau lambat nama anda akan wangi dan banyak diminati. Bersikap optimis saja semoga efek domino akhirnya berujung di muara yang tepat: (salah satunya) diundang makan siang oleh talent scouter label besar, bercengkerama tentang wacana kerjasama.

4. Mandiri & Merdeka
Menerbitkan sendiri album perdana. Swasembada menggelar rangkaian konser demi konser atas nama eksistensi. Riang, sumringah, berkesenian sebebasnya. Salto/koprol/kayang reka cipta seenak udel anda. Wih, rasanya plong, dong. Karena tak harus—contohnya—tarik urat bergulat meyakinkan pihak label dan event promoter bahwa menjeritkan reffrain repetitif “penis sipilis” 5x adalah bukan hal tabu lagi. Benar, alternatif ini paling super asyik. Paling adi independen. Hanya, walau anda sepenuhnya berdaulat berkreasi full otonomi, sejujurnya, opsi ini paling berat. Butuh ketahanan tingkat tinggi. Ya finansial, ya mental. Moral serta material. Jiwa maupun raga. DAN itupun bukan jaminan bahwa jika anda sanggup melalui rintangan ini maka finalnya anda meraih so-called “Fame & Fortune”. Merdeka atau binasa. Mandiri atau mati. You tell me.

That’s that. Selebihnya adalah kebijaksanaan publik dalam mengapresiasi buah karya anda. Selebihnya adalah misteri. Sebab tak seorang pun pernah benar-benar bisa tahu artis mana di Blantikamusikville bakal meraih bling bling bintang terang. Tidak Quincy Jones. Tidak Ahmet Ertegun. Tidak siapa pun. Oh well, screw that. Yang penting sekarang, maju dulu ke medan perang. Target jangka pendeknya: nama anda benderang.
Jika akhirnya dengan bekal mesiu yang sekomplet itu anda masih juga terjengkang kalah, artinya anda terjegal 3 kombinasi sakti ini:
A. Kualitas produk anda kurang optimal
B. Kehilangan momentum
C. Belum mujur

There’s no looking back. Hit the road, Jack!

____________________

*Tulisan ini pernah dimuat di Musikator pada Maret 2008
*Foto pertama dipinjam dari Frankie Yeung, foto kedua dari Mark Berry

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top