search

Sampul Album Rock Bersejarah: Beken Tapi Butut

Berikut adalah daftar sekelompok kecil album yang dalam konteks musikal berkualitas fenomenal, single-nya meraih popularitas menjulang, tapi sampul depannya duh-gusti ultra garing. Beken sih, keren sih, cuman artwork-nya butut. Gimana dong?
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Bagi para “fundamentalis”—yang populasinya sudah drastis menipis di era digital ini—ritual mengunduh lagu gratisan hampir tidak mendapat tempat di ranah musikal mereka. Kumpulan manusia langka itu pasti sebisanya memilih untuk membeli album orisinil. Apalagi, memang, harus diakui, sampul album—utamanya terbitan artis-artis Barat—memang rata-rata menarik, digarap serius, tinggi estetika seni. Mengkoleksi karya asli London Calling, misalnya, akhirnya menjadi sebuah kepuasan batin nomor wahid. Memiliki cakram digital otentik Rattlesnakes, The First of a Million Kisses, Rum Sodomy and the Lash, Songs of Leonard Cohen, dsb; serasa sedang membangun museum musik yang kelak di kemudian hari akan menjadi ensiklopedia adiluhung buat anak cucu kita: bukan saja lagu-lagu dari album tersebut amat rancak, artwork-nya juga sungguh yahud.

Namun, jika diperhatikan lebih jeli, ada juga sebenarnya sekelompok kecil album dalam konteks musikal berkualitas fenomenal, single-nya meraih popularitas menjulang, tapi sampul depannya garing banget (100% garansi, itu himpunan fundamentalis bakalan terjebak dilema gigantik: beli atau kagak). Tau sendiri kan, harga cakram digital sekarang ini duh-gusti mahal abis. Apalagi yang bertajuk “import”. Asli bakal bikin kantong bolong. Jika tak terlalu laik koleksi ya bijaksananya sih jangan dibeli. Eh, tapi, lagu-lagunya kickass semua… Beken sih, keren sih, cuman (artwork-nya) butut. Gimana dong?

Oh well, silakan putuskan sendiri. Saya hanya mencoba membeberkan fakta.

Berikut daftarnya. Go buy. Or go download.


1. IGGY POP
Blah Blah Blah

Rilis: Oktober 1986
Label: A&M
Jenjang Tertinggi: #90 Billboard “Top 200 Albums”, tembang Real Wild Child # 27 di Billboard “Mainstream Rock” chart & masuk Top Ten di Inggris; Cry for Love # 19 Billboard “Hot Dance” chart
Fakta Beken-Tapi-Butut: Album yang diproduseri David Bowie ini merupakan rilisan Iggy paling sukses secara komersial. Di Kanada saja Blah Blah Blah meraih status “gold”, terjual lebih dari 50,000 kopi. Tapi, coba simak artwork-nya, whew, mengingatkan kita dengan iklan celana jeans di majalah remaja, eh?


2. MISFITS
Famous Monsters

Rilis: Oktober 1999
Label: Roadrunner
Jenjang Tertinggi: …well, sulit mengharapkan karya band cult macem Misfits meraih posisi cihuy di klasemen terhormat dalam lingkup musik mainstream. Namun lagu Scream! serta Kong at the Gates mendapat respons hangat di kalangan penggemar tembang cadas
Fakta Beken-Tapi-Butut: Walau tanpa vokalis Glenn Danzig (digantikan oleh Michale Graves), kuartet asal New Jersey ini tetap mampu gagah mengibarkan horror-punk lewat Famous Monsters. Hanya saja jika melulu kita berpijak cuma pada tampak luar saja, tentu kita akan menyangka ini adalah salah satu poster dari episode adu gulat—tepatnya gulat palsu—sejenis WCW, bukan?


3. SUM 41
Half Hour of Power

Rilis: 27 Juni 2000
Label: Big Rig
Jenjang Tertinggi: Menurut polling di antara penggemar SUM 41, tembang Makes No Difference adalah yang paling dipuja. Selain itu banyak dipakai sebagai soundtrack di berbagai film
Fakta Beken-Tapi-Butut: Mini album ini merupakan pembuka jalan eksistensi Deryck Whibley & co. ke seantero jagat. Untung saja karya yang tertuang di Half Hour of Power rata-rata juara, kalo kagak, y’know, mana sampulnya oh-garing, lagu-lagunya juga duh-pesing…


4. BLONDIE
The Hunter

Rilis: 5 Juni 1982
Label: Chrysalis
Jenjang Tertinggi: #9 di Inggris, # 33 di AS. Tembang Island of Lost Souls mencapai # 37 di Billboard “Hot 100”, # 11 di Inggris, pula menjadi salah satu tembang klasik Blondie
Fakta Beken-Tapi-Butut: Selain secara fotografi biasa saja (kayak foto keluarga bikinan studio amatir sebelah rumah), font The Hunter seolah hendak menyesuaikan busana Debbie Harry sang ratu rimba titisan singa. Jangan-jangan wanita bernama lengkap Deborah Ann Harry sebelum sesi foto nonton film Tarzan dulu? You betcha!


5. THE CLASH
Give ‘Em Enough Rope

Rilis: 10 November 1978
Label: CBS
Jenjang Tertinggi: #2 di Inggris, # 128 di AS. Oleh majalah Time, Rolling Stone, dan Sounds (Inggris) album ini dianugerahi sebagai “Album of The Year” (1978). Q menempatkannya dalam “100 Best Punk Albums”. NME memasukkannya ke jajaran “Greatest Albums of All Time”.
Fakta Beken-Tapi-Butut: Gak nyambung, padu padan sumbang a.k.a. mix-and-mismatch, itu yang paling kentara. Font The Clash yang bergaya Mandarin + figur Tionghoa mengendarai kuda menatap mayat koboi yang mulai disantap oleh burung nasar, lalu dicampur paksa dengan taburan warna neon yang menyolok & tajuk album itu sendiri: Give ‘Em Enough Rope. Huh?


6. ALICE IN CHAINS
Alice In Chains

Rilis: 7 November 1995
Label: Columbia
Jenjang Tertinggi: #1 di “Billboard 200”, meraih double platinum di AS saja
Fakta Beken-Tapi-Butut: Album yang dikenal pula dengan judul Tripod (kaki tiga, seperti gambar) ini, selain dari aspek seni jelas buruk rupa, juga pasti mengundang antipati dari pecinta anjing seperti saya dan rekan-rekan di belahan dunia lainnya. Dude, show some respect!


7. SONIC YOUTH
Daydream Nation

Rilis: Oktober 1988
Label: Enigma
Jenjang Tertinggi: #20 di Billboard “Modern Rock Tracks”, digelari sebagai salah satu album terbaik di era 80an
Fakta Beken-Tapi-Butut: Mencuri perhatian publik ketika dirilis ulang oleh label milik David Geffen, DGC. Namun dalam konteks estetika artwork-nya suram lagi tanpa makna. Coba saja di fotonya tidak ditambahi tulisan Sonic Youth, bukan tak mungkin orang akan berpikir bahwa ini adalah album religi, menyambut datangnya Hari Natal. Hiks


8. PATTI SMITH
Trampin’

Rilis: 27 April 2004
Label: Columbia
Jenjang Tertinggi: #15 menurut US Top Internet Albums, # 123 di Billboard 200, majalah Rolling Stone memasukkannya ke dalam daftar “The Top 50 Albums of 2004”
Fakta Beken-Tapi-Butut: Walau album ini tak selegendaris Horses namun mayoritas dari tembang-tembang yang terdapat di dalamnya bisa disebut hampir-klasik. But, look at that dirty, stinky foot, goddang… sampeyan terjangkit kutu air ya, Jeng Patti?


9. RAMONES
¡Adios Amigos!

Rilis: 18 Juli 1995
Label: Radioactive
Jenjang Tertinggi: Tidak terdapat data pendukung tentang prestasi album ini. Yang jelas salah satu tembang yang terdapat di album ini, Cretin Family, bak jadi salah satu lagu wajib yang kudu diakrabi oleh band-band Punk Rock pemula di Indonesia
Fakta Beken-Tapi-Butut: Secara mutu musikal, well, memang, album ini bukan yang terbaik. Tapi eksistensinya jadi signifikan sebab ¡Adios Amigos! merupakan studio album Ramones paling terakhir. Selain itu bukan cuman Joey yang memonopoli peran sebagai biduan. Dee Dee sumbang suara juga. C.J. Ramone malah menyanyikan hingga 4 lagu. Tapi sampul depannya? Dinosaurus bertopi sombrero? Okelah, penggunaan sombrero memang—seperti tajuk albumnya—pekat bau-bau Mexico. Tapi dinosaurus? Oh, come on! Mending bikin lebih sederhana aja seperti tampak depan standar album-album Ramones: pose 4 pria berjaket kulit, berponi, ber-jeans belel, ber-sneakers. Bersahaja, gak neko-neko, sekaligus sangat Ramones. Setuju?


10. ROCKET FROM THE CRYPT
RFTC

Rilis: 2 Juni 1998
Label: Interscope
Jenjang Tertinggi: Single Break It Up serta Lipstick sempat cukup lama mondar-mandir di radio-radio bersegmen anak muda di AS
Fakta Beken-Tapi-Butut: RFTC sukses mendongkrak popularitas kelompok asal San Diego ini di level menengah-atas skena Punk & Rockabilly. Secara pribadi, saya juga sangat menyukai lagu-lagu yang terdapat di album ini. Tapi cover-nya itu lho, wih, busuk banget. Itu gambar gorila atau serigala atau kingkong keturunan buaya? Tukang lukisnya juga, duh, cari yang lebih jago dikit kek…

What ya think?

• Tulisan ini pertama kali saya tampilkan di Musikator pada 15 Oktober 2008
• Featured image: fanart.tv

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top