search

Sampul Album Cadas Monumental: KILLERS

Setelah menerbitkan debut album self-titled, Iron Maiden, kontingen asal Layton, Inggris, ini melanjutkan gebrakan keduanya dengan merilis Killers. Selain merupakan partisipasi perdana dari gitaris Adrian Smith serta sebaliknya partisipasi terakhir dari vokalis Paul Di’Anno, yang patut pula diperhatikan adalah perubahan imej dari maskot Iron Maiden, “Eddie”. Jika sebelumnya tampang Eddie cenderung datar dan kosong plus berambut jabrik (perhatikan foto paling atas) maka di album keluaran 9 Februari 1981 tersebut imej Eddie sedikit diimprovisasi oleh Derek Riggs, sang kreator. Rambut dibuat lebih lebat dan berisi, khas gaya “big hair” yang memang sedang populer pada masa itu (konon terinspirasi oleh Farah Fawcett). Ekspresi wajah juga jadi lebih galak. Selain itu, Eddie digambarkan membawa kapak (ax). “Eddie adalah sosok gitaris (dalam bahasa gaul musik Rock sering juga diistilahkan dengan axman) maka itu dia menenteng kapak (ax)”, ujar seniman yang hingga 20 tahun berikutnya aktif menggarap sampul album Iron Maiden. Derek menegaskan bahwa pengembangan karakter Eddie tidaklah direncanakan. Semuanya mengalir saja.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Setelah menerbitkan debut album self-titled, Iron Maiden, kontingen asal Layton, Inggris, ini melanjutkan gebrakan keduanya dengan merilis Killers.

Selain merupakan partisipasi perdana dari gitaris Adrian Smith serta sebaliknya partisipasi terakhir dari vokalis Paul Di’Anno, yang patut pula diperhatikan adalah perubahan imej dari maskot Iron Maiden, “Eddie”. Jika sebelumnya tampang Eddie cenderung datar dan kosong plus berambut jabrik (perhatikan foto paling atas) maka di album keluaran 9 Februari 1981 tersebut imej Eddie sedikit diimprovisasi oleh Derek Riggs, sang kreator. Rambut dibuat lebih lebat dan berisi, khas gaya “big hair” yang memang sedang populer pada masa itu (konon terinspirasi oleh Farah Fawcett). Ekspresi wajah juga jadi lebih galak. Selain itu, Eddie digambarkan membawa kapak (ax). “Eddie adalah sosok gitaris (dalam bahasa gaul musik Rock sering juga diistilahkan dengan axman) maka itu dia menenteng kapak (ax)”, ujar seniman yang hingga 20 tahun berikutnya aktif menggarap sampul album Iron Maiden.

Derek menegaskan bahwa pengembangan karakter Eddie tidaklah direncanakan. Semuanya mengalir saja.

The Killers picture was done about three years after the first one was painted. But I never sat down and said ‘Now I am going to make him look this way or that way. I’m very spontaneous when I create a picture — sometimes I don’t even use a sketch to begin with. I fill up the space and then start putting things into it. Eddie has an ax because he’s an ‘axman’. His hair got a bit Farah Fawcett, but that was OK back then, because there was this kind of fashion for big fluffy hair with rock bands, so people didn’t really notice. But really, it’s just me making it up as I go along. Eddie was not ‘develop’. Eddie is just there.

Lukisan asli Killers dikerjakan dengan cat air. Lebarnya 12,5 inch persegi. Riggs butuh waktu seminggu untuk menyelesaikannya. Bangunan yang tampak di belakang Eddie adalah apartemen tempatnya tinggal di London Utara bernama Etchingham Court.

Sayangnya, Riggs bahkan tak lagi memiliki poster asli Killers ini. Menurut Riggs bisa jadi personel Iron Maiden yang menyimpannya.

Maiden might still have the original. Although I think it’s one of the Eddies that escaped their clutches. They lost quite a few of them over the years. Keep your eyes open—the original paintings often turn up on eBay for sale. You just can’t keep a good Eddie down.

Seluruh karya Riggs untuk Iron Maiden (serta beberapa band lain seperti Gamma Ray dan Stratovarius) telah dibukukan ke dalam Run For Cover: The Art of Derek Riggs.

*Artikel ini pertama kali saya tayangkan di Musikator pada Mei 2008

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Three Amigos fi
41 years ago this month, Ian "Lemmy" Kilmister, "Fast" Eddie Clarke, and Phil "Philty" Animal, were in the studio to record Iron Fist.
Scroll to Top