search

Rock-n-Roll Exhibition: SOLEH SOLIHUN

Edition: February 17, 2010Rock-n-Roll Exhibition: SOLEH SOLIHUNSebuah Pengakuan untuk Mendapat PengakuanMembuat playlist model begini, identik dengan pamer referensi. Apalagi judulnya yang super canggih: Rock-n-Roll Exhibition, lengkap dengan seorang kurator yang menyebarluaskan playlist ini ke orang-orang yang dianggap kredibel dan kompeten soal musik. Wuih, ngeri. Ini adalah jawaban untuk pertanyaan beberapa orang soal musik yang saya sukai. Pada dasarnya, saya menyukai rock n’ roll music (film Grease (1978) yang saya tonton sewaktu SD bertanggungjawab atas ini). Nama-nama di bawah ini, saya kenal sebagian besar melalui pergaulan. Saya bukan tipikal pecinta musik yang sejak kecil mengoleksi kaset. Uang jajan pas-pasan jadi salah satu faktor utama. Akibatnya, masa kecil saya lebih banyak mendengarkan apa yang ada di radio atau kaset yang dibeli bapak saya. Lalu di masa SMP kelas 1, karena dipaksa ikut pesantren kilat selama sebulan, saya jadi merasa berdosa mendengarkan musik sepulangnya dari sana (tak heran, sebulan saja bisa berdampak begitu, apalagi yang bertahun-tahun). Maklum, mereka tipikal pesantren yang mengharamkan musik. Seingat saya, instrumen musik mereka haramkan, yang boleh hanya rebana. Padahal setelah dipikir-pikir, gitar listrik memang belum ditemukan di jaman Nabi. Lalu saya hanya mendengarkan Iwan Fals dan Slank, karena saya pikir mereka itu beragama Islam, jadi mungkin dosanya tak terlalu besar. Teman sebangku saya di SMP mendengarkan Misfits, Guns N Roses, Faith No More, Nirvana hingga Ugly Kid Joe dan segala macam musik yang sedang tren di awal ’90-an, tapi saya berusaha menahan diri supaya tak tergoda. Selepas SMA, karena daya tarik itu semakin besar atau mungkin juga karena iman saya yang semakin berkurang barulah saya membuka diri terhadap musik-musik yang bukan dimainkan oleh orang Islam. Dan saya menyesal karena tak membuka diri pada rock n’ roll sejak dulu. Pelajaran berharga: fasis sayap kanan kurang tahu cara bersenang-senang. Dan ini adalah beberapa lagu dari musisi atau kelompok musik yang ketika mendengarkan karya-karya mereka untuk kali pertama memberikan sensasi berdebar yang semakin membuat penasaran serta akhirnya selalu bisa menimbulkan perasaan senang buat saya. Suara gitar yang kasar, vokal yang tak manis [saya kurang suka penyanyi pria dengan gaya bernyanyi syahdu manis plus improvisasi vokal yang bergetar], lirik yang bagus, serta semangat lagu yang agresif adalah beberapa hal yang sering mudah menarik telinga saya.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Edition: February 17, 2010

Rock-n-Roll Exhibition: SOLEH SOLIHUN
Sebuah Pengakuan untuk Mendapat Pengakuan

:: Playlist & notes, handpicked & written by Soleh Himself ::


Membuat playlist model begini, identik dengan pamer referensi. Apalagi judulnya yang super canggih: Rock-n-Roll Exhibition, lengkap dengan seorang kurator yang menyebarluaskan playlist ini ke orang-orang yang dianggap kredibel dan kompeten soal musik. Wuih, ngeri.

Ini adalah jawaban untuk pertanyaan beberapa orang soal musik yang saya sukai. Pada dasarnya, saya menyukai rock n’ roll music (film Grease (1978) yang saya tonton sewaktu SD bertanggungjawab atas ini). Nama-nama di bawah ini, saya kenal sebagian besar melalui pergaulan. Saya bukan tipikal pecinta musik yang sejak kecil mengoleksi kaset. Uang jajan pas-pasan jadi salah satu faktor utama. Akibatnya, masa kecil saya lebih banyak mendengarkan apa yang ada di radio atau kaset yang dibeli bapak saya.

Lalu di masa SMP kelas 1, karena dipaksa ikut pesantren kilat selama sebulan, saya jadi merasa berdosa mendengarkan musik sepulangnya dari sana (tak heran, sebulan saja bisa berdampak begitu, apalagi yang bertahun-tahun). Maklum, mereka tipikal pesantren yang mengharamkan musik. Seingat saya, instrumen musik mereka haramkan, yang boleh hanya rebana. Padahal setelah dipikir-pikir, gitar listrik memang belum ditemukan di jaman Nabi. Lalu saya hanya mendengarkan Iwan Fals dan Slank, karena saya pikir mereka itu beragama Islam, jadi mungkin dosanya tak terlalu besar. Teman sebangku saya di SMP mendengarkan Misfits, Guns N Roses, Faith No More, Nirvana hingga Ugly Kid Joe dan segala macam musik yang sedang tren di awal ’90-an, tapi saya berusaha menahan diri supaya tak tergoda. Selepas SMA, karena daya tarik itu semakin besar atau mungkin juga karena iman saya yang semakin berkurang barulah saya membuka diri terhadap musik-musik yang bukan dimainkan oleh orang Islam. Dan saya menyesal karena tak membuka diri pada rock n’ roll sejak dulu. Pelajaran berharga: fasis sayap kanan kurang tahu cara bersenang-senang.

Dan ini adalah beberapa lagu dari musisi atau kelompok musik yang ketika mendengarkan karya-karya mereka untuk kali pertama memberikan sensasi berdebar yang semakin membuat penasaran serta akhirnya selalu bisa menimbulkan perasaan senang buat saya. Suara gitar yang kasar, vokal yang tak manis [saya kurang suka penyanyi pria dengan gaya bernyanyi syahdu manis plus improvisasi vokal yang bergetar], lirik yang bagus, serta semangat lagu yang agresif adalah beberapa hal yang sering mudah menarik telinga saya.

The Playlist:


01. Bill Haley and His Comets – The Saints Rock n’ Roll

Sesepuh rock n’ roll di salah satu lagu paling menarik yang pernah dia bawakan.
Album/Year Released: Rock Around the Clock/1968


02. Johnny Cash – Folsom Prison Blues

The Man in Black bernyanyi soal seorang pria yang dipenjara karena menembak seseorang hanya karena ingin melihatnya mati. Lagu-lagu seperti ini yang kemudian membuat Johnny Cash bisa disukai para outlaws—dia membuktikannya ketika mengadakan pertunjukkan di Penjara Folsom dan San Quentin. Tapi di luar itu, tak perlu jadi seorang outlaws untuk menyukai lagu yang musiknya terdengar seperti suara kereta uap: boom chicka boom dipadu dengan vokal bariton Johnny Cash yang membuatnya terdengar semakin maskulin.
Johnny Cash with His Hot and Blue Guitar/1957


03. Chuck Berry – Johnny B. Goode

“Jika ada nama lain untuk Rock n’ Roll, maka itu adalah Chuck Berry,” kata John Lennon. Berry mempelopori penulisan lirik lagu yang bercerita. Ketika teknologi rekaman masih ala kadarnya pun, Berry sudah menunjukkan semangat dari Rock n’ Roll yang liar dan agresif.
Chuck Berry Is On Top/1959


04. The Yardbirds – Train Kept A-Rollin’

Sudah banyak band memainkan lagu ini menurut versi mereka, ini salah satu versi yang paling saya sukai: ada sensasi menyenangkan sedikit memicu adrenalin seperti pertama kalinya mengendarai kereta yang melaju.
Having a Rave Up/1965


05. Nancy Sinatra – These Boots Are Made for Walkin’

Anak dari crooner legendaris Frank Sinatra ini bernyanyi dengan manis dan menggoda. Bukan tipikal penyanyi perempuan yang berusaha terdengar merdu dan pandai bernyanyi sehingga menyanyi dengan nada-nada tinggi melengking untuk menunjukkan dia bisa beroktaf-oktaf suaranya. Nancy Sinatra bernyanyi seperti sedang menggoda lelaki. Musik pop yang catchy ditambah vokal Nancy yang genit menimbulkan kesan perempuan feminin tapi masih bisa menginjak-injak lelaki.
Boots/1966

06. The Velvet Underground – I’m Waiting for the Man
Pengalaman seseorang ketika membeli narkotika dan ganja selalu menarik buat saya. Riff dan beat yang repetitif tak membuat lagu-lagu mereka terdengar monoton. Kesederhanaan musik The Velvets sepertinya komposisi yang pas untuk mengimbangi lirik-lirik Lou Reed.
The Velvet Underground & Nico/1967

07. The Rolling Stones – Sympathy for the Devil
Bunyi conga yang jadi intro lagu ini menimbulkan kesan primitif dan tribal, pas sekali dengan tema lagu ini yang bercerita soal sang iblis Lucifer dengan kalimat kedua yang berbunyi “I’ve been around for a long, long year, stolen many a man’s soul and faith.” Jagger Richards berhasil membuat lagu yang bercerita tentang iblis tanpa harus terdengar seperti pemuja iblis. Paduan suara wooo hooo! wooo hooo! pada backing vokal adalah salah satu part paling menarik yang bisa terdengar di backing vocal dalam sebuah lagu.
Beggars Banquet/1968


08. MC5 – Kick Out the Jams

Judulnya sudah bisa mewakili dengan baik atmosfer dari lagu ini. In-your-face Rock n’ Roll yang siap menghajar Anda!
~ Watch MC5 – Kick Out the Jam live here.
Kick Out The Jams/1969


09. The Stooges – No Fun

Hanya lewat beberapa kata dan beberapa bait, Iggy Pop menuangkan rasa bosan menjadi sesuatu yang menarik.
The Stooges/1969


10. T – Rex – Bang a Gong (Get It On)

Rock ‘n’ Roll yang kental dengan Blues dan irama yang groovy cocok sekali untuk jadi pengiring joged bagi mereka yang tidak terlalu bisa berjoged.
Electric Warrior/1971


11. The Who – Won’t Get Fooled Again

Salah satu band Rock paling agresif pada jamannya. Tak hanya lewat aksi menghancurkan instrumen di panggung, The Who pintar memilih judul-judul yang berisi pernyataan keras. Lagu ini salah satunya.
Who’s Next/1971

12. The Doors – Crawling King Snake
Vokal bariton dengan beberapa bagian kadang terdengar seperti sedang berdeklamasi, lirik penuh mitos serta keberhasilan mencampurkan musik Blues, Rock dengan sedikit aksen Jazz adalah beberapa alasan kenapa The Doors jadi penting. Alasan lainnya: tentu karena daya tarik Jim Morrison yang kharismatik.
LA Woman/1971

13. New York Dolls – Looking For A Kiss
Rock n’ rollers ini membuktikan lewat musiknya bahwa memakai baju perempuan tak selamanya identik dengan banci alias wadam alias tak jantan.
New York Dolls/1973


14. Patti Smith – Gloria: In Excelsis Deo/Gloria (Van Morrison Version)

Punk Rocker sekaligus sastrawan sekaligus perempuan tangguh. Patti Smith mengacak-acak formula industri yang mengatakan penyanyi perempuan harus cantik atau seksi dan bersuara merdu.
Horses/1975


15. The Modern Lovers – Pablo Picasso

Pablo Picasso tak pernah dianggap asshole meskipun dia menggoda perempuan di jalanan—sebuah sudut pandang yang menarik untuk membuat lirik lagu. Ketukan drum yang santai diiringi sahut-sahutan melodi gitar dan permainan kibord yang tak terlalu berlebihan, membuat lagu rock n’ roll minimalis dengan pengaruh kuat dari The Velvet Underground ini membuat suasana seperti sedang ada di jalan dan kita terbayang adegan Pablo Picasso di jalanan sedang menebar pesona kepada para perempuan.
The Modern Lovers/1976

16. Toots and The Maytals – 54 – 46 Was My Number
Mereka dianggap sebagai salah satu tokoh kunci dalam perkembangan musik Reggae—konon, mereka yang pertama kali memakai kata Reggae dalam lagu Do The Reggay. Dan harus diakui, vokal Fredercik ‘Toots’ Hibbert yang terdengar kental nuansa soul-nya, jadi salah satu magnet utama. Dengarkan lagu ini, jika mendengar lagu-lagu—katakanlah—Bob Marley Anda merasa nuansa pemberontakan,  mendengar lagu ini maka kata ‘cool’ akan muncul di benak.
From The Roots/1976


17. Lou Reed – Crazy Feeling

Sang penyair dari New York sedang tak ingin berwacana. Di sini dia hanya ingin menyanyikan sebuah lagu yang diiringi musik yang laid back, dengan bunyi slide gitar yang menambah aksen menenangkan.
Coney Island Baby/1976

18. Bob Dylan – Hurricane
Ini cerita tentang kasus salah tuduh juara tinju bernama Ruben Carter alias Hurricane. Dalam sebuah dokumenter tentang Bob Dylan, Hurricane mengatakan bahwa Bob Dylan menulis dengan lengkap apa yang sebenarnya terjadi lewat satu lagu, lebih baik dibandingkan tulisan para jurnalis di media massa.
Desire/1976

19. Sex Pistols – Anarchy in the U.K.
Punk datang untuk mengancam. Pada jamannya, lagu ini mewakili dengan tepat semangat anti kemapanan yang digembar-gemborkan itu.
Nevermind The Bollocks, Here’s The Sex Pistols/1977

20. Iggy Pop – Success
The God Father of Punk bernyanyi dengan penuh bahagia seperti seorang anak kecil yang baru mendapat mainan. “Here comes success, here comes my Chinese rugs.”
Lust for Life/1977

21. The Jam – Billy Hunt
Mod Fathers mengajak berdansa dengan musik yang cathcy dan irama yang menghentak.
All Mod Cons/1978


22. Blondie – One Way or Another

Rock ‘n’ Roll yang kasar dipadu dengan vokal perempuan yang terdengar seperti ingin menaklukkan lelaki. Ah, perpaduan yang pas.
Parallel Lines/1978


23. The Specials – Enjoy Yourself (It’s Later Than You Think)

Pesannya sederhana namun mengena: untuk menikmati diri sendiri. Dan ketika pesan itu disampaikan oleh kelompok musik yang terasa sekali kehangatannya lewat musik yang mereka mainkan, kita akan dengan senang hati mendengarkan pesan itu.
More Specials/1980


24. Gang of Four – I Found That Essence Rare

Kocokan gitar yang patah-patah dipadu dengan ketukan drum yang danceable adalah beberapa formula yang menjadi daya tarik utama lagu ini. Sial, saya kehabisan kata-kata setelah menulis sekian banyak deskripsi di sini di tengah-tengah deadline kantor. Hehe. Sebenarnya, ini adalah yang terakhir saya tulis. Jadi, daripada terus merasa berhutang pada sang kurator Rudolf Dethu, lebih baik segera diakhiri dan langsung diemail.
Entertainment!/1980

25. The Ramones – The KKK Took My Baby Away
Lagu ini cukup mewakili kisah The Ramones. Bertahun-tahun vokalis Joey Ramone dan gitaris Johnny Ramone tak saling bicara karena Johnny merebut kekasih Joey, Linda. Lagu ini ekspresi kemarahan Joey tentang peristiwa itu. Lagu yang sangat pop dengan lirik catchy. Dan fakta bahwa seorang Yahudi menyanyikan lagu dengan lirik KKK membuat lagu ini lebih menarik. The Ramones berhasil menyalurkan amarah pribadi antar sesama rekan bandnya jadi sesuatu yang positif. Lagu ini salah satu buktinya.
Pleasant Dreams/1981

26. Mick Jagger – Primitive Cool
Jika Bimbo menyanyikan lagu ‘ada anak bertanya pada bapaknya,’ ini Mick Jagger yang bertanya pada bapaknya soal bagaimana suasana tahun ’50-an dan ’60-an. Majukan puluhan tahun lagi lalu ganti tahunnya sesuai keinginan, dan saya yakin lagu ini masih akan relevan didengar.
Primitive Cool/1987

27. Iwan Fals – Ada Lagi yang Mati
Tak banyak penyanyi Indonesia yang bisa dapat inspirasi untuk menulis lirik tentang kejadian penusukan. Ian Antono sebagai Music Director menambah dosis kejantanan di lagu ini. Iwan bernyanyi lugas tanpa harus memakai perumpamaan: “Aku lihat orang yang mati, di antara tumpukan sampah, lehernya berdarah membeku, bekas pisau lawannya tadi malam.”
1910/1987

28. The Clash – 1977
Tahun 1977 sering disebut sebagai tahun ketika punk meledak. Lagu ini jadi penanda jaman itu: “No Elvis, Beatles or The Rolling Stones” adalah kalimat yang sangat mewakili era ini.
Super Black Market Clash/1994


29. Johnny Thunders & The Heartbreakers – Chinese Rocks

Log Zhelebour harusnya malu memakai nama belakang selebor jika mendengar permainan gitar serta melihat aksi panggung Johnny Thunders.
LAMF: The Lost ’77 Mixes/1995


30. Joey Ramone – What a Wonderful World

Mendengar lagu ini setelah kematian Joey Ramone membuat lagu itu terdengar begitu mengharukan—setidaknya bagi saya. Secara musikal, album solo Joey Ramone tak jauh berbeda dengan album The Ramones—hanya gitarnya yang sedikit kalah agresif—tapi album ini jadi bukti bahwa kekuatan terbesar The Ramones—selain gitar Johnny Ramone—adalah vokal Joey.
~ Silakan tonton videoklipnya yang agak-agak kacrut di sini
Don’t Worry About Me/2002

31. Gang War – London Boys
Johnny Thunders dan Wayne Kramer tampil sepanggung. Rasanya tak perlu minta lebih banyak lagi dari itu.
Gang War! (Jungle)/2004

32. Against Me! – Unprotected Sex with Multiple Partners
Sebuah frase yang menarik untuk mengungkapkan kebusukan industri musik. Against Me! memainkan musik punk dengan sound masa kini, membawa semangat amarah yang meledak-ledak itu tapi dengan lagu yang masih memperhatikan melodi yang enak di telinga.
Searching For A Former Clarity/2005

Catatan: Soleh, selain merupakan penulis handal dengan gayanya yang khas, adalah juga MC “beringas” yang piawai mengolah kalimat dan peka membaca situasi lagi doyan memporakporandakan norma-norma agama/sosial/politik lewat komentar-komentarnya yang brilian.

_________________

:: If you wanna listen to the song, pick the playlist outta Big Audio Dynamite ::

Upcoming exhibitions*:

– 03 May 2010: Eric Wirjanata (founder of Deathrockstar webzine)
– 10 May 2010: Ryan Koesuma (founder of Deathrockstar webzine)
– 17 May 2010: Marcel Thee (founder of Deathrockstar webzine, mastermind of Sajama Cut)
– 24 May 2010: Stevie G. (ex-bassist of Nation of Ulysses, DJ)

See y’all again next Wednesday!

Boozed, Broozed, and Broken-boned,
RUDOLF DETHU

*subject to change

___________________

The Block Rockin’ Beats
Every Wednesday, 8 – 10 PM
The Beat Radio Plus – Bali, 98.5 FM

120 minutes of cock-melting tunes.
No bullcrap.
Zero horse shit.
Rad-ass rebel without a pause

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top