search

Queens of Noise and Riot Grrrl: Yesterday and Today

Di edisi BlokRokinBeats kali ini saya bawakan tema emansipasi perempuan di blantika berkesenian--utamanya musik rock---serta saya bagi menjadi dua: era para pionir (Queens of Noise) dan masa generasi penerus (Riot Grrrl). Agar punya gambaran lebih lengkap, saya pilihkan tembang dari artis-artis yang baik secara langsung memang terlibat di skena Riot Grrrl macam Bratmobile, Bikini Kill, Team Dresch, dan Heavens to Betsy; juga kumpulan seniman perempuan yang masif menginspirasi gerakan persamaan derajat di Rock-n-Roll semisal Suzi Quatro, Patti Smith, Chrissie Hynde (Pretenders), Poly Styrene (X-Ray Spex), The Slits, Exene Cervenka (X), Wendy O Williams, Joan Jett, pula Lita Ford; serta sosok-sosok wanita yang walau tak terkait langsung dengan fenomena Riot Grrrl namun tersimak punya peran menonjol, kental kesan pemberontak, in-your-face, bingar lagi bising, di blantika musik seperti Peaches, Brody Dalle (The Distillers), Lesbians On Ecstasy, Kittie, Le Tigre, Shonen Knife, plus lainnya.A movement formed by a handful of girls who felt empowered, who were angry, hilarious, and extreme through and for each other. Built on the floors of strangers' living rooms, tops of Xerox machines, snail mail, word of mouth and mixtapes, riot grrrl reinvented punk - Beth Ditto
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

The Block Rockin’ Beats
Edition: September 22, 2010/April 20, 2011

Queens of Noise and Riot Grrrl: Yesterday and Today

Jen Smith, personel Bratmobile, di suatu ketika di tahun 1991 pernah bilang, “This summer’s going to be a girl riot”. Dan tak lama setelahnya, Wolfe serta Molly Neuman bekerjasama dengan Kathleen Hanna + Tobi Vail menerbitkan fanzine riot grrrl.

Namun sejatinya pergerakan ini telah dimulai sejak tahun 1990, berpusat di Olympia, Washington, AS. Saat itu Punk Rock sedang melanda Olympia. Etos Do-It-Yourself sungguh diminati para anak mudanya. Perempuan-perempuan yang merasa suaranya kurang terdengar lalu berlomba-lomba mengambil peluang dengan menerbitkan fanzine, mengekspresikan pendapat pribadinya. Lalu di tahun 1991 stasiun radio KAOS di Olympia berinisiatif memberikan ruang kepada para wanita yang resah-marah dengan membuat program Your Dream Girl.

Fenomena Riot Grrrl kemudian direspons baik di International Pop Underground Convention dengan membikin konser khusus musisi perempuan saja pada hari pertama, 20 Agustus 1991, bertajuk Love Rock Revolution Girl Style Now.

Secara musikal para aktivis Riot Grrrl pekat mempraktekkan ideologi Punk Rock yang kecil peduli pada kepiawaian bermain instrumen. Musik mereka terkesan mentah, lo-fi, amatiran. Slogannya: “Play just ’cause you wanna, no matter what”.

Riot Grrrl ini juga amat dekat dengan gerakan feminisme. Isu-isu yang sering diusung adalah mengenai pemerkosaan, pelecehan seksual, KDRT, pengakuan eksistensi lesbian, serta penguatan perempuan. Band-band yang kerap dikaitkan dengan Riot Grrrl di antaranya Bikini Kill, Bratmobile, Heavens to Betsy, Sleater-Kinney, Team Dresch, Excuse 17, Huggy Bear, dsb.

Di edisi BlokRokinBeats kali ini, Queens of Noise and Riot Grrrl: Yesterday and Today, saya pilih artis-artis yang baik secara langsung memang terlibat di skena Riot Grrrl macam Bratmobile, Bikini Kill, Team Dresch, dan Heavens to Betsy; juga kumpulan seniman perempuan yang besar menginspirasi gerakan persamaan derajat di Rock-n-Roll semisal Suzi Quatro, Patti Smith, Chrissie Hynde (Pretenders), Poly Styrene (X-Ray Spex), The Slits, Exene Cervenka (X), Wendy O Williams, Joan Jett, pula Lita Ford; serta sosok-sosok wanita yang walau tak terkait langsung dengan fenomena Riot Grrrl namun tersimak punya peran menonjol, kental kesan pemberontak, in-your-face, bingar lagi bising, di blantika musik seperti Peaches, Brody Dalle (The Distillers), Lesbians On Ecstasy, Kittie, Le Tigre, Shonen Knife, plus lainnya.

A movement formed by a handful of girls who felt empowered, who were angry, hilarious, and extreme through and for each other. Built on the floors of strangers’ living rooms, tops of Xerox machines, snail mail, word of mouth and mixtapes, riot grrrl reinvented punk- Beth Ditto

The Playlist:

YESTERDAY – QUEENS OF NOISE

01. Oh Bondage Up Yours! – X-Ray Spex
Kehadiran Poly Styrene sebagai vokalis di kelompok punk rock asal London, X-Ray Spex, ini menjadikan dia sebagai satu dari sedikit “queens of noise” di tahun 70an. Makin lengkap lagi dengan kehadiran wanita lainnya yaitu Lora Logic yang bermain saksofon menjadikan X-Ray Spex sebagai sebuah kelompok musik nan unik.

Poly terinspirasi mendirikan grup punk rock setelah menghadiri konser Sex Pistols. Tak hanya berhenti di situ, ketika menulis lirik pun jejak punk rocknya masih pekat menyeruak. Seperti di “Oh Bondage Up Yours!” dia menyoroti konsumerisme, materialisme dan kapitalisme.
Album: single/Year released: 1977

02. We Got The Beat – The Go-Go’s
The Go-Go’s adalah grup rock asal Kalifornia, AS, yang seluruh personelnya wanita, dengan Belinda Carlisle & Jane Wiedlin sebagai tulang punggung. Mereka membuat sejarah sebagai kongsi musisi perempuan pertama yang menulis lagunya sendiri serta memainkan instrumennya sendiri dan masuk jenjang bergengsi di tangga lagu Billboard.

“We Got the Beat” mendapat kehormatan dimasukkan sebagai salah satu dari “500 Songs that Shaped Rock and Roll” di The Rock and Roll Hall of Fame.
Beauty and the Beat/1981

03. Race with the Devil – Girlschool
Telah muncul sejak 1978 dan masih tegap berdiri hingga kini, grup heavy metal asal London dengan personel semua perempuan ini adalah kelompok all-female rock paling awet di dunia. Kesempatan menjadi pembuka Motörhead di tur promo Overkill pada 1979 melekatkan hubungan Kim McAuliffe dkk dengan Lemmy sampai sekarang.

Girlschool dianggap pula sebagai bagian dari NWOBHM (New Wave of British Heavy Metal) bersama Saxon, Def Leppard, Iron Maiden, dll.
Demolition/1980

04. School Days – The Runaways
Saat memulai karirnya di Runaways, 1975, Joan Jett dan Sandy West masih berusia belasan tahun.

The Runaways dipandang punya peran penting dalam menegaskan posisi perempuan yang ternyata bisa segarang pria di blantika musik rock, sebuah skena yang sebelumnya selalu didominasi kaum pria. The Runaways dianggap punya pengaruh signifikan terhadap all-female bands macam The Go-Go’s, Sahara Hotnights, L7, The Donnas, sampai Courtney Love.

Sepak terjang The Runaways belakangan difilmkan dengan dengan judul sama “The Runaways”.

Titel edisi BlokRokinBeats “Queens of Noise” dicomot dari tajuk album The Runaways.
Waitin’ for the Night/1977

05. I Love Rock ‘n’ Roll – Joan Jett and the Blackhearts
Lewat lagu inilah Joan Jett mendulang sukses pasca cabutnya ia dari The Runaways. Tembang yang aslinya dibawakan oleh Arrows dan diterbitkan pada 1975 ini mengangkat pamor Jett secara signifikan dan menjadikannya salah seorang “lady rocker” paling disegani di fajar 80an.

Perempuan bernama asli Joan Marie Larkin ini pekat terpengaruh oleh Suzi Quatro terutama di urusan dandan, gaya rambut, serta profil khas wanita cadas yang memainkan instrumennya sendiri. Kala itu ketika ia masih berusia 14-15 tahun sering mencuri-curi pergi ke lobby hotel tempat Suzi Quatro menginap saat Suzi konser di Los Angeles. Joan cuma hendak melihat, menatap, dan mengagumi Suzi. Kultus individu Joan terhadap Suzi tergambar terang dari sepatu hak tebalnya yang bertuliskan “Suzi Quatro” di pinggirnya.
I Love Rock ‘n’ Roll/1981

06. We’re Desperate – X
Exene Cervenka bertanggungjawab di divisi nyanyi di kelompok X. Sejak 1977 ia telah mulai membuat skena punk rock Los Angeles—dan berikutnya dunia—takjub terpana.

Selain aktif nge-band, perempuan bernama asli Christene Edge ini adalah juga penggiat puisi, spoken words, dan penulis buku. Pada 1982 ia menerbitkan buku seri pertama dari keseluruhan empat seri, Adulterers Anonymous, berkolaborasi dengan Lydia Lunch.

Robert Christgau, sang “Dekan Kritikus Rock Amerika”, memberi predikat Wild Gift (“We’re Desperate” dipetik dari album ini) sungguh mencengangkan: A+.
Wild Gift/1981

07. Ballroom Blitz – Suzi Quatro
Wanita kelahiran Detroit ini bahkan sudah menjadi perempuan penggiat glam rock sejak 1971, saat ia bermigrasi ke Inggris. Pada Juni 1973 ia telah mampu menempatkan satu lagunya merajai jenjang tembang di Inggris dan Australia. Pada 1975 ia sempat tur keliling Amerika bareng Alice Cooper.

Susan Kay Quatro (nama di paspornya) sanggup membuktikan bahwa walau ia tergolong “petite” (berbodi kecil) tak menjadi halangan baginya untuk berdandan bak rocker (ia doyan berbusana kulit), sekaligus menyanyi pula bermain bas. Suzi kerap disebut punya pengaruh masif terhadap The Runaways utamanya Joan Jett. Sebagian pengamat malah menyebut Suzi sebagai salah satu perintis jalan fenomena Riot Grrrl.
single/197…

08. Stand by Your Man – Wendy O. Williams & Lemmy
Wendy Orlean Williams (WOW) dijuluki sebagai “The Queen of Shock Rock” karena laku teatrikal nan radikalnya di atas panggung seperti menghancurkan instrumen, setengah bugil, serta membawa gergaji listrik dan diperlakukan layaknya gitar. Belum lagi gaya rambut mohawk-nya.

Pada 1977 ia bersama kekasihnya saat itu, Rod Swenson, mendirikan Plasmatics. Rod alias Captain Kinks bertindak sebagai manajer. Sejak pertama kali berdiri pun Plasmatics telah menggegerkan skena rock karena, selain destruktif ketika konser, mereka terang-terangan melanggar segala yang ditabukan publik. Pada 1981, misalnya, WOW sempat ditahan oleh aparat kepolisian Milwaukee akibat mensimulasikan aktivitas seksual di atas panggung. Masih di tahun yang sama, ia juga ditangkap di Ohio akibat praktek cabul sejenis.

Karir solo WOW dimulai pada 1984 saat ia merilis W.O.W. yang diproduseri oleh Gene Simmons, dalangnya Kiss (personel Kiss lainnya, Paul Stanley, Ace Frehley, Eric Carr dan Vinnie Vincet, juga turut berpartisipasi di album ini).

Pada 1985 Wendy memperoleh nominasi Grammy di kategori Best Female Rock Vocal Performance.

WOW bunuh diri di 1998 menggunakan senjata api. Sebelumnya, 1993 dan 1997, ia sempat juga mencoba mengakhiri hidupnya.

Lemmy (Motörhead) mengajak Wendy berduet setelah sukses berkolaborasi dengan Girlschool. “Stand By Your Man” sejatinya adalah senandung bergaya country milik Tammy Wynette namun oleh Lemmy & Wendy dirombak menjadi begitu brutal.
Stand by Your Man (EP)/1982

09. Hong Kong Garden – Siouxsie and the Banshees
Siouxsie Sioux adalah salah satu wanita paling mula berkecimpung di skena punk rock. Sejak pertengahan 70an ia telah bergabung dengan Bromley Contingent, kumpulan remaja eksentrik penggemar Sex Pistols.

Pada 1976 ia pertama kali naik tampil di depan publik di acara yang diprakarsai Malcolm McLaren, 100 Club Punk Festival, dengan grup pertamanya, Suzie and the Banshees.

“Hongkong Garden” adalah single pertamanya bersama sahabatnya dari sejak era Bromley Contingent, Steven Severin, dengan menggunakan nama kelompok baru, Siouxsie and the Banshees.

Susan Janet Ballion (nama asli Siouxsie Sioux) oleh banyak pihak dianggap sebagai salah satu penyanyi Inggris paling berpengaruh di jazirah rock.
single/1978

10. Only Loved at Night – The Raincoats
The Raincoats adalah salah satu pionir—malah mungkin satu-satunya di era 1970an, tepatnya pada 1978—grup musik beraliran post punk beranggotakan seluruhnya wanita yaitu Ana da Silva, Gina Birch, Palmolive, dan Vicky Aspinall. Oh, bahkan manajernya pun perempuan, Shirley O’Loughlin.

Label indie tenar asal Inggris, Rough Trade, berperan besar dalam karir mereka dengan merilis single pertamanya pada Mei 1979.

Pamor The Raincoats tambah mengkilat saat Kurt Cobain pergi ke Rough Trade Shop di London dan diketemukan langsung dengan Ana da Silva pada 1992. Rough Trade + DGC Records akhirnya merilis ulang tiga album The Raincoats dengan liner notes oleh Kurt Cobain serta Kim Gordon (Sonic Youth) pada 1993. Sejak diterbitkannya album tersebut, The Raincoats yang tadinya vakum kembali muncul di blantika musik alternatif. Di 1994 seharusnya mereka menjadi grup pendamping tur Nirvana di Inggris. Sayangnya Cobain keburu meninggal, seminggu sebelum tur dilaksanakan.
Odyshape/1981

11. Ping Pong Affair – The Slits
Kontingen asal London ini, walau tak seluruhnya perempuan (tapi sering dikategorikan sebagai “all-female band”), merupakan kumpulan orang-orang nan disegani di skena punk rock 70an di Inggris. Palmolive dan Viv Albertine sebelumnya sempat bergabung dengan The Flowers of Romance, band punk rock yang padahal tak pernah manggung atau merilis lagu namun amat populer lebih karena di kemudian hari para personelnya menjadi sosok terhormat seperti Sid Vicious (Sex Pistols) dan Keith Levene (The Clash, Public Image Ltd).

Pada 1977 The Slits menjadi pembuka The Clash selama tur White Riot (Buzzcocks dan Subway Sect juga ikut dalam tur ini).

Di pertengahan 1979 The Slits sempat membuat heboh ketika tampil telanjang dada (sedikit disamarkan dengan lumpur) di sampul album Cut.
Cut/1979

12. Let’s Do Rock Steady – The Bodysnatchers
Satu dari sedikit all-female band di skena (2 Tone) ska di penghujung tahun 70an.

Konser pertama mereka pada November 1979 adalah mejadi grup pembuka The Nipple Erectors (ditulangpunggungi oleh Shane McGowan, pra-The Pogues). Selanjutnya, masih di tahun yang sama, band berjumlah 7 orang tersebut diundang bermain di ultah Debbie Harry (Blondie).

Setelah bergabung dengan 2 Tone Records mereka segera pergi tur bareng dengan The Selecters pada musim semi 1980. Berlanjut berikutnya dengan tur bersama The Specials dan The Go-Go’s. Sempat pula Rhoda Dakar dkk berbagi panggung di Hammersmith Odeon dengan musisi sekelas Lene Lovich dan Madness.

Single “Let’s Do Rock Steady” pernah meraih peringkat #22 di jenjang tembang Inggris.
single/1980

13. Gloria – Patti Smith
Patricia Lee “Patti” Smith is the “Godmother of Punk”. Anda harus malu—dan wajar divonis “murtad punk rock”— jika tak tahu siapa dia. Simpan dulu sepatu Macbeth, kaos Atticus, dan album Blink182 Anda (kalau perlu hibahkan pada keponakan Anda yang “punk rock pemula”), perkaya dulu wawasan sejarah punk rock Anda sebelum koar-koar ngaku paling pemberontak. Dipahami?
Horses/1975

14. Brass In Pocket – The Pretenders
Komandan grup asal Ohio ini adalah Chrissie Hynde. Ia juga termasuk wanita berpengaruh di era punk rock dan new wave di tahun 70an sebab hanya sedikit frontwoman mumpuni di era itu.

Saat ia masih kuliah di Kent State University, wanita bernama lengkap Christine Ellen Hynde pernah bergabung dengan Mark Mothersbaugh (Devo) di Sat. Sun. Mat.

Pada 1973 ia pindah ke London, menulis sekelebat untuk NME, kemudian pindah bekerja di butik milik Vivienne Westwood dan Malcolm McLaren, Sex. Chrissie pernah meminta Sid Vicious yang notabene saat itu kerap nongkrong di Sex untuk pura-pura mengawininya (istilah kerennya: mariage blanc) agar ia bisa memperoleh visa kerja.

Penghujung 1976 ia sempat ikut audisi grup 999. Mick Jones pernah pula diajaknya bekerjasama membuat band tapi tak terealisasi. Malcolm McLaren pernah menempatkannya sebagai gitaris Masters of the Backside, tapi diminta pergi ketika band tersebut berubah nama menjadi The Damned.

Dalam perjalanan ia sempat menclok sebentar di beberapa band seperti Johnny Moped (Captain Sensible dari The Damned pernah juga bergabung) serta The Moors Murderers (Steve Strange dari Visage, Topper Headen/The Clash, Vince Ely/The Psychedelic Furs & Adam and the Ants, tercatat menjadi anggota). Sampai akhirnya membentuk The Pretenders pada 1978 dan menjadi sosok yang diperhitungkan hingga hari ini.

“Brass in Pocket” digjaya selama 2 minggu di urutan pertama UK Singles Chart pada Januari 1980.
Pretenders/1980

15. Rev It Up – Vixen
Vixen adalah all-female band yang menjulang pamornya di skena glam metal. Band asal Minnesota, AS, ini di masa jayanya sempat menjadi band pembuka tur dari Ozzy Osbourne, Scorpions dan Bon Jovi.
Rev It Up/1990

16. Kiss Me Deadly – Lita Ford
Carmelita Rossana Ford, nama aslinya di paspor, memulai karirnya di musik cadas saat masih berusia 16 tahun. Hampir berbarengan dengan Joan Jett (rekan segrupnya di The Runaways).

Ia memulai karir solonya pada 1983 dengan merilis album Out of Blood. Namun wanita kelahiran Inggris dan besar di Amerika ini baru benar-benar meraih sukses gemilang ketika Sharon Osbourne menjadi manajernya lalu menerbitkan Lita dan 4 karyanya merajai jenjang tembang di Amerika seperti “Kiss Me Deadly”, “Falling In and Out of Love” (ditulis bersama dengan Nikki Sixx/Mötley Crüe) serta “Close My Eyes Forever” (duet baladanya dengan Ozzy Osbourne).
Lita/1988

TODAY – RIOT GRRRL

17. Pretend We’re Dead – L7
Setelah sempat menjadi vokal latar di lagu “Slip It In” milik Black Flag pada 1984, Suzi Gardner kemudian membentuk bandnya sendiri, L7, pada 1985.

Kelompok ini makin diperhitungkan di kalangan pembela hak perempuan ketika berinisiatif mengadakan konser bertema pro-aborsi, Rock for Choice, dimana Pearl Jam, Red Hot Chili Peppers, Nirvana dan Rage Against the Machine tercatat sebagai supporternya. Selain itu, grup asal Los Angeles, AS, ini kerap dijuluki sebagai “poster girls” musik grunge.

Tingkah kontroversial mereka yang paling “mengesankan” blantika musik adalah saat mereka tampil di Reading Festival di Inggris pada 1992. Donita Sparks (gitar, vokal) yang saat itu kesal karena dilempari lumpur oleh penonton membalasnya dengan menanggalkan pembalut wanita yang sedang dipakainya serta melemparkannya ke arah penonton sambil bilang, “Eat my used tampon, fuckers!”
Bricks are Heavy/1992

18. Seether – Veruca Salt
Grup ini dibentuk oleh dua wanita hebat di skena alternative rock, Louise Post dan Nina Gordon. Reputasi mereka langsung moncer ketika merilis single “Seether”/”All Hail Me” pada 1994, setahun setelah terbentuk. Seketika itu mereka diajak tur mendampingi Hole lalu beberapa saat kemudian merilis album penuh pertamanya, American Thighs, dan meraih status emas (penjualan mencapai sejuta kopi).
American Thighs/1994

19. Luxury Problem – Lunachicks
Band yang mengaku terpengaruh oleh Ramones, Kiss dan MC5 ini semua personelnya adalah perempuan. Orang yang pertama kali menemukan mereka adalah Kim Gordon dan Thurston Moore dari Sonic Youth. Akibat terpesona pada aksi panggung Lunachicks, Kim & Thurston mengirimkan demo ke label Blast First dan segera saja merilis EP yang terdiri dari 4 lagu juga album penuh, Babysitters on Acid, pada 1990.
Luxury Problem/1999

20. Walk on the Wire – Sahara Hotnights
Sejatinya all-female band asal Swedia ini kurang pas dikategorikan sebagai bagian dari Riot Grrrl utamanya jika dimaknai secara tradisional karena mereka hampir nihil kaitannya dengan pergerakan politikal atau aktivisme di isu-isu sosial. Namun jika diartikan secara lebih umum bolehlah disertakan mengingat mereka personelnya perempuan semua dan memainkan musik lumayan cadas bertenaga.
Kiss & Tell/2004

21. The Donnas The – Take It Off
Bayangkan The Ramones dipadupadan dengan The Runaways, AC/DC, Bachman-Turner Overdrive, serta Kiss, maka Anda akan dapatkan The Donnas. Dan mereka semuanya adalah perempuan. Ya, seperti The Runaways. Bedanya grup asal Palo Alto, California, AS, ini lebih bertendensi bersenang-senang daripada memberontak marah-marah atau sedang depresi.
Spend the Night/2002

22. City Of Angels – The Distillers
Didirikan oleh perempuan muda asal Australia, Brody Dalle, pada 1998, ketika umurnya menginjak 18 tahun. Di tahun itu ia baru saja bertunangan dengan Tim Armstrong (Rancid) dan pindah dari Melbourne ke Los Angeles.

Wanita bernama asli Bree Leslie Pucilowski ini sering dibanding-bandingkan dengan Courtney Love (Hole, istri mendiang Kurt Cobain) juga PJ Harvey. Saya, ahem, amat menyukai karakter vokal + tongkrongan si cah ayu ini.
Sing Sing Death House/2002

23. Bitchsy – Lesbians On Ecstasy
Sesuai namanya band electroclash/electropunk asal Kanada ini memang berorientasi LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender).

“Bitchsy” merupakan respons dari tembang milik grup LGBT asal Kanada lainnya, Fifth Column, “All Women Are Bitches”.
Lesbians On Ecstasy/2004

24. My My Metrocard – Le Tigre
Grup ini didirikan oleh Kathleen Hanna (ia perintis Bikini Kill) bersama Johanna Fateman pada 1998.

Dari New York mereka menyebarkan pesan-pesan politikal, feminis dan pekat LGBT. Berbeda dengan apa yang dilakukannya di Bikini Kill, di Le Tigre Kathleen Hanna memilih jalur musik elektronik tepatnya electroclash/new wave/synthpunk.
Le Tigre/1999

25. Calculated – Heavens To Betsy
Band beranggotakan seluruhnya wanita ini adalah bagian krusial dari pergerakan Riot Grrrl. Konser mereka di era-era awal salah satunya di International Pop Underground Convention yang dikelola oleh label rekaman K Records pada 1991. Grup asal Olympia, Washington, AS (konon tanah asal Riot Grrrl bermula) ini tampil di salah satu malam yang mempersembahkan artis cewek semuanya, “Love Rock Revolution Girl Style Now”, yang kerap disebut sebagai konser penanda bermulanya pergerakan Riot Grrrl (band lain yang tampil di antaranya Bratmobile dan 7 Year Bitch).
Calculated/1994

26. Cool Schmool – Bratmobile
Anggota bandnya cewek semua, berasal dari Olympia, dan feminis, total khas Riot Grrrl.

Dua sosok krusial di belakang Bratmobile, Allison Wolfe dan Molly Neuman, juga penggagas fanzine feminis berpengaruh, Girl Germs.
Pottymouth/1993

27. Suck My Left One – Bikini Kill
Sama: cewek semua, Olympia, feminisme mania.

Banyak yang menganggap merekalah pionir Riot Grrrl yang sebenar-benarnya. Selain feminis radikal, kuartet yang terdiri dari Kathleen Hanna, Kathi Wilcox, Tobi Vail, dan Billy Karren, tenar benar sebagai anti label mayor (selalu menolak masuk major label setiap kali ditawari) serta ogah media mainstream.

Kathleen, Kathi dan Tobi adalah sosok di balik fanzine Bikini Kill. Nama tersebut lalu digunakan sebagai nama band pada 1990.

Pada 1991 mereka merilis album dalam format kaset dengan judul khas Riot Grrrl yang mengusung persamaan hak: Revolution Girl Style Now! Namun baru pada 1993 wibawa mereka terangkat lebih tinggi ketika Ian MacKaye memproduseri album mini Bikini Kill.
Bikini Kill/1992

28. The Scratch – 7 Year Bitch
Grup cewek semua ini berasal dari Seattle, Washington, AS. Telah mengusung punk rock/grunge sejak 1990, mereka sejatinya tak terkait langsung dengan pergerakan Riot Grrrl namun secara garis besar mereka sering dimasukkan ke kategori tersebut.
¡Viva Zapata!/1994

29. Sweet 69  - Babes In Toyland
Band perempuan seluruhnya ini juga masuk miskonsepsi Riot Grrrl oleh media. Walau begitu, kelompok bentukan Kat Bjelland dan Lori Barbero bolehlah dirangkul ke wilayah Riot Grrrl. Selain karena mereka wanita semua dan cadas pula, karakter vokal serta lirik agresif Kat cukup mewakililah.

“Sweet 69” mampu berjaya di no. 39 jenjang tembang Billboard Modern Rock Track pada 1995.
Nemesisters/1995

30. Entertain – Sleater-Kinney
Kelompok total perempuan & feminis ini merupakan bagian vital dari pergerakan Riot Grrrl. Corin Tucker, salah satu pendirinya, sebelumnya pernah terlibat di Heavens to Betsy.

Greil Marcus, penulis dan kritikus rock terhormat, menganugerahi Sleater-Kinney sebagai band rock Amerika terbaik di majalah Time edisi 2001. Sementara Robert Christgau menyebutnya sebagai grup rock esensial akhir 90an/awal 2000an.
The Woods/2005

31. Watchin’ Girl – Shonen Knife
Band cewek semua yang telah berdiri sejak 1981 ini berasal dari Osaka, Jepang. Walau cenderung pop punk tapi mereka tetap unik terutama karena tegas menerapkan estetika Do-It-Yourself serta kental nuansa “edgy” (makanya saya sertakan di edisi ini).

Oh, Sonic Youth, Nirvana dan Redd Kross terang-terangan mengakui sebagai penggemar Shonen Knife.
Burning Farm/1983

32. Fagetarian and Dyke – Team Dresch
Dari Olympia. Total wanita semua. Feminisme mania. Band bentukan 1993 ini salah satu sesepuh Riot Grrrl.

Donna Dresch, pendiri band sejak akhir 80an telah menjadi aktivis queercore (seniman berorientasi LGBT, sangat politikal dan menerapkan D.I.Y. secara baik-benar lewat musik, zine, tulisan, dan film) serta menerbitkan fanzine-nya sendiri, Chainsaw, pula menjadi kontributor di zine lain macam Outpunk dan J.D.s.

Perhatikan judul lagu ini yang duhai agresif, tembak langsung dan politikal, khas Riot Grrrl.
Personal Best/1995

33. Kick It – Peaches feat. Iggy Pop
Wanita pemberontak era milenium. Menafikan segala sekat-sekat gender. Pantas digelari Riot Grrrl masa kini.
Fatherfucker/2004

34. Brackish – Kittie
Dari Kanada. Semua wanita. Metal semata. Wajar dimasukkan ke golongan perempuan huru-hara.
Spit/1999

__________________

Download the whole playlist here.

That’s that. See y’all again next Wednesday!

Boozed, Broozed, and Broken-boned,
RUDOLF DETHU

____________________

The Block Rockin’ Beats
Curator: Rudolf Dethu
Every Wednesday, 8 – 10 PM
The Beat Radio Plus – Bali, 98.5 FM

120 minutes of cock-melting tunes.
No bullcrap.
Zero horse shit.
Rad-ass rebel without a pause.

Shut up and slamdance!


Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top