search

Propaganda Sederhana Tepat Guna

Ingin memberi kabar kepada dunia bahwa kalian eksis dan punya band? Bikinlah website. Buat akun di jejaring sosial. Berharap agar pengunjung terus menyala semangatnya menyambangi website atau akun jejaring sosialmu? Peliharalah, rawatlah ia dengan beribu cinta supaya tetap segar bersinar. Pun, sejatinya, di saat yang hampir bersamaan ada satu lagi manuver online yang perlu dilakukan yaitu pemasaran---saya lebih menyukai istilah “propaganda”. Maksudnya, setelah keberadaan kita diketahui kaum kerabat serta sejawat terdekat, semakin ke depan tentu, jika main musik lebih dari sekadar kegiatan main-main, butuh ekspos lebih luas. Bagaimana caranya biar dikenal tak semata di kalangan keluarga & teman sepermainan? Harus dipahami: tidak gampang. Bukan soal mudah. Cuman kalau dibilang susah sekali sih juga kurang tepat. Yang jelas lumayan melelahkan. Disamping dibutuhkan kesungguhan sekaligus kehati-hatian plus paham nilai-nilai kesopanan.Read More
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Ingin memberi kabar kepada dunia bahwa kalian eksis dan punya band? Bikinlah website. Buat akun di jejaring sosial. Berharap agar pengunjung terus menyala semangatnya menyambangi website atau akun jejaring sosialmu? Peliharalah, rawatlah ia dengan beribu cinta supaya tetap segar bersinar. Pun, sejatinya, di saat yang hampir bersamaan ada satu lagi manuver online yang perlu dilakukan yaitu pemasaran—saya lebih menyukai istilah “propaganda”.

Maksudnya, setelah keberadaan kita diketahui kaum kerabat serta sejawat terdekat, semakin ke depan tentu, jika main musik lebih dari sekadar kegiatan main-main, butuh ekspos lebih luas. Bagaimana caranya biar dikenal tak semata di kalangan keluarga & teman sepermainan? Harus dipahami: tidak gampang. Bukan soal mudah. Cuman kalau dibilang susah sekali sih juga kurang tepat. Yang jelas lumayan melelahkan. Disamping dibutuhkan kesungguhan sekaligus kehati-hatian plus paham nilai-nilai kesopanan.

Mulailah berpropaganda dengan mengunakan jejaring yang telah dimiliki oleh masing-masing personel band. Jika kita temui sosok yang dianggap menarik dan memiliki kesamaan minat (semisal sama-sama menyukai The Clash) di jejaring perkawanan, like, “sahabatnya sahabatku punya sahabat” yang belum kita kenal secara pribadi, undang dia untuk berteman. Ingat, ketika meminta menjadi kawan bubuhkan pesan perkenalan: “Halo, saya Iwan, sahabatnya Budi. Saya juga suka The Clash. Salam kenal.” Niscaya, cara sopan seperti itu akan menghasilkan sebuah kesan awal yang baik. Giliran nantinya kita mulai mempromosikan, katakanlah, album mini Trio Kiamat Raya Politico Punk Rock Royo Royo dengan mem-posting di wall di Facebook, semoga kesan awal yang baik tersebut bisa membuat si “sahabatnya sahabatku punya sahabat” tertarik menelisik baik lewat mengklik ikon “like” atau lebih bagus lagi menuliskan komentar. Kalo sudah begitu, kita harus segera respons balik, seringan apa pun tindakannya. Contoh, jika dia memberi “like” kita jawab “Makasih jempolnya”. Kalau dia berkomentar, “Long live rock!” kita sambut dengan, “Cheers!”. Kira-kira begitu. Intinya adalah kita harus menjaga kesinambungan komunikasi, karena pihak lain akan menganggap kita sebagai orang yang ramah dan menghargai pertemanan. Kesan baik adalah sebuah modal mula yang kuat. Manusiawi sekali bukan?

Berikutnya, ketika Trio Kiamat Raya akan tampil di sebuah pertunjukan, kita bisa berani men-tag si “sahabatnya sahabatku punya sahabat” di e-flyer promo acara sambil tetap menyelipkan kalimat “Bagi yang merasa kurang nyaman sudah di-tag, mohon maaf, silakan untag diri sendiri.” Perhatikan cermat siapa-siapa dari rekan yang setelah beberapa kali di-tag di e-flyer spontan bin segera meng-untag dirinya. Ke depannya tak usah lagi dia di-tag. Ingat, belum tentu orang yang meng-untag dirinya tidak menyukai apa yang kamu kerjakan. Bisa saja karena alasan lain. Sebab kadang ada kejadian dia meng-untag dirinya tapi ternyata ia tetap memberi komentar. Aneh memang. Tapi kehidupan ini juga sering aneh. Jadi gak usah terlalu dipikirin. Yang penting kita tetap sopan dan menjaga etika.

Seandainya mau jujur, sepak terjang di atas belum tergolong propaganda, kalau pun iya, masih terbilang propaganda mikro mini dan lebih tepat disebut sebagai unggah ungguh dalam bersosialisasi—dalam konteks ini mempromosikan band atau karya seni—di dunia maya. Propaganda bakal menjadi lebih “ganas” ketika kita memiliki tim penulis trengginas yang sanggup menyihir pembacanya. Tapi percuma juga punya propagandis sadis kalau nihil pembacanya.

Pemahaman terhadap Fondasi unggah ungguh dunia maya akan amat membantu propaganda yang kita jalankan. Sebab selama ini yang saya lihat biasanya orang yang punya band begitu merilis karya barunya atau main di sebuah konser, tanpa ba-bi-bu langsung aja main tag ke sejawat Facebook-nya. Syukur-syukur tulisan promonya bagus, tapi kalo jelek trus main nge-tag tentunya akan meng-ambrol-kan reputasi band tersebut. Dengan kata lain, jangan harap orang mau meluangkan waktu untuk mendengarkan karyanya!

Bagaimana mencari propagandis trengginas? Pasti ada orang di sekitar kalian—atau malah dia adalah salah satu personel band kalian—yang punya bakat menulis. Dorong terus agar ia rajin membaca, meniru bagaimana gaya band idola kalian mempromosikan sesuatu lewat tulisan (di masa awal, tindakan meniru adalah wajar, cepat atau lambat kita pasti akan berevolusi, menemukan sendiri jati diri), terus dan terus berlatih. Kemampuan menulis ini penting sekali di jagat maya dan merupakan satu dari sedikit senjata ampuh dalam menggiring opini publik. Selain itu, jauh lebih murah-meriah dibanding kita harus selalu bepergian untuk mempromosikan karya kita. Dengan duduk di depan komputer, mulai mempropagandakan apa pendapat kita dengan tajam-taktis-tepat guna, bukan saja irit biaya keunggulannya, tapi kita juga bisa mengubah dunia!

___________________

*Artikel yang saya tulis ini pertama kali tayang di blog Langit Musik pada 4 April 2011
*Baca juga artikel terkait sebelumnya Tak Ada Gunanya Punya Akun Bejibun
*Foto halaman depan dipinjampakai dari drake.marin.k12.ca.us, sedangkan halaman dalam dari adsoftheworld.com

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top