search

Prison Of Blues: Graveyard Party

Kian horor dan lebih eksplor. Garang, lugas, menderu-deru, rock-n-roll kotor.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print


Kian horor dan lebih eksplor. Garang, lugas, menderu-deru, rock-n-roll kotor.

Demikian deskripsi Graveyard Party dalam 2 kalimat ringkas-padat. Album kedua Prison of Blues setelah EP Trick or Threat ini bertaburkan 12 tembang khas psychobilly, 10 bersyair Bahasa Inggris, sisanya Bahasa Indonesia. Pula band asal Temanggung ini mengajak 3 penyanyi tamu: 2 WNA, 1 WNI.

Memilih “Horrible Dorms” sebagai single pertama, kuartet ini masih asik bermain-main di sekitar kuburan, peti jenazah, makam, dan gagak hitam, banyak kisah mencekam berjejer mengitari Graveyard Party.

Sebut saja Daniel Deleon, misalnya. Biduan Rezurex asal Los Angeles ini bisa dibilang punya peran “mengerikan” untuk lahirnya album ini. Sahabat pena Bowo, biduan Prison of Blues, tersebutlah yang mengusulkan pertama kali untuk duet bareng. Sepucuk tawaran yang sulit ditolak. Bowo mengiyakan seraya terinspirasi untuk melakukan hal senada−selain terdorong untuk kenapa tidak sekalian saja menerbitkan album penuh perdana. Temanggung Danse Macabre ini lalu mengajak tokoh kawakan kancah psychobilly, Titch, untuk berkolaborasi. Ternyata vokalis Klingonz itu menyambar dengan cepat, menyambut hangat.

Agar lebih durjana digamit juga Ika Zidane. Perempuan pendekar punk rock dari Havinhell ini dianggap klop sebagai pasangan berdendang. “Karakter vokalnya pas untuk lagu Killer Illusion,” terang Bowo.

Pengerjaan album yang sebagian besar dikerjakan di Blast Off Studio, Temanggung, ini termasuk lama, lebih dari setahun. Ada beberapa faktor penyebab. Sang pembetot contrabass tinggal di Jakarta. Lokasi yang berjauhan ini membuat susah untuk berkoordinasi sehingga cukup banyak makan waktu. Ditimpali dengan belasan kali retake vokal, drum, organ, gitar; yang membuat peluncurannya molor terus.

Bowo, penanggung jawab departemen senandung serta penulis sebagian besar lirik dan musik, mengakui proses penyelesaian yang berlarut-larut. “Kepulangan kami dari konser di Inggris tambah membuka mata kami soal kompetisi yang ketat. Tidak bisa lagi kami asal-asalan dalam bermusik. Saingannya gila-gila. Makanya kami kali ini jauh lebih teliti dalam pengerjaan album. Maunya biar benar-benar maksimal hasilnya. Harus berkelas. Nah, setelah kami merasa puas baru deh album dirilis.”

Berdiri sejak 2007, Prison of Blues menjadi satu dari sedikit pemain lama di kancah psychobilly. Mereka termasuk pionir di skenanya, merupakan grup psychobilly yang kedua terbentuk−setelah Suicidal Sinatra. Penampilan mereka di festival Bedlam Breakout di Northampton, sejam dari kota London jika naik kereta api, menjadi sejarah tersendiri sebagai band psychobilly Indonesia−atau malah di Asia−pertama yang tampil di festival psychobilly terkemuka di manca negara. Personel termutakhir Prison of Blues adalah Bowo Prisoner (vokal, gitar), Nho Heart (gitar utama), Aldino (contrabass), dan Joe Hard (drum).

Y’all ghoul greasers! Pack up your coffins, let’s go to the graveyard and psycho-wrecking party!

Susunan lagu Graveyard Party:
01. Straight From Hell
02. City Of The Dead feat. Daniel Deleon
03. Mimpi Buruk
04. Graveyard Party
05. Strangers
06. Sindrom Likantrof
07. Black Xmas
08. Horrible Dorms feat. Titch
09. Killer Illusion feat. Ika Zidane
10. Schizophrenic Doctor
11. Psychoprisonphobia
12. Who Killed Your Friends

Studio: Blast Off Studio Recording
Mixing & Mastering: Ardi
Label: Zombie Attacks Records

Videoklip “Horrible Dorms” adalah sekaligus single pertama dari album penuh perdana milik Prison of Blues, Graveyard Party. Di video tersebut tampak juga Titch, biduan dari grup veteran psychobilly asal Inggris, Klingonz.

Memang, konsep lagu “Horrible Dorms” adalah Bowo berduet dengan penyanyi tamu. Di Graveyard Party sendiri ada 2 lagi lagu lain dengan konsep serupa.

Video oleh grup asal Temanggung bentukan 2007 ini seluruhnya mengambil lokasi di Inggris tepatnya London dan Northampton—sejam berkereta dari London. Syuting dilaksanakan ketika mereka menghadiri festival psychobilly Bedlam Breakout di Northampton.

Gambar hidup yang disutradarai oleh videografer kepercayaan SID dan Navicula, Erick EST, ini resmi tayang pertama kali hari Sabtu silam, 7 Januari 2017, berbarengan dengan pesta peluncuran Graveyard Party yang diadakan di Temanggung.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top