search
Rudolf Dethu - photo by @viarms

About

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Setelah menerbitkan debut album self-titled, Iron Maiden, kontingen asal Layton, Inggris, ini melanjutkan gebrakan keduanya dengan merilis Killers. Selain merupakan partisipasi perdana dari gitaris Adrian Smith serta sebaliknya partisipasi terakhir dari vokalis Paul Di’Anno, yang patut pula diperhatikan adalah perubahan imej dari maskot Iron Maiden, “Eddie”. Jika sebelumnya tampang Eddie cenderung datar dan kosong plus berambut jabrik (perhatikan foto paling atas) maka di album keluaran 9 Februari 1981 tersebut imej Eddie sedikit diimprovisasi oleh Derek Riggs, sang kreator. Rambut dibuat lebih lebat dan berisi, khas gaya “big hair” yang memang sedang populer pada masa itu (konon terinspirasi oleh Farah Fawcett). Ekspresi wajah juga jadi lebih galak. Selain itu, Eddie digambarkan membawa kapak (ax). “Eddie adalah sosok gitaris (dalam bahasa gaul musik Rock sering juga diistilahkan dengan axman) maka itu dia menenteng kapak (ax)”, ujar seniman yang hingga 20 tahun berikutnya aktif menggarap sampul album Iron Maiden. Derek menegaskan bahwa pengembangan karakter Eddie tidaklah direncanakan. Semuanya mengalir saja.
Edition: June 30, 2010Rock-n-Roll Exhibition: BIN HARLANButuh Kaset C Berapa?:: Playlist, intro, and song descriptions, written and handpicked by Bin Himself :: Saat masih kuliah, cukup sering saya melihat eksekutif muda memborong CD progressive rock di Aquarius Pondok Indah. Waktu itu saya hanya terus membatin,”Nanti kalau gue udah kerja, giliran gue yang kayak begitu. Gue borong CD-CD kesukaan gue”. Kenyataannya, sampai sekarang saya tak kunjung mapan. Hingga di era penampakan dan perdagangan vinyl di Facebook, saya hanya mampu membeli sedikit demi sedikit CD band luar negeri di toko-toko tenar yang kian sepi. Menggeluti permusikan menggiring pada dua hal: rasa penasaran dan jiwa koleksi. Penasaran ketika bertemu visual, membaca resensi album, atau mendapat informasi tentang sebuah band dari teman-teman. Jiwa kolekasi membuat suasana toko rekaman musik seperti sekuntum dongeng hangat. Tapi, rasa penasaran dan jiwa koleksi senantiasa dihadang hambatan: akses mendapatkan barang yang diinginkan dan kondisi keuangan. Sulit. Solusinya: teman-teman dan kaset (belakangan CD) kosong Merekam dan direkamin adalah petualangan. Berlama-lama di kamar teman untuk membuat kompilasi. Menulis judul-judul lagu. Menyalin sampul CD impor menjadi sampul kaset fotokopian. Pertanyaan penutup saat ingin direkamin sebuah album rekaman bisanya masalah durasi, “Butuh beli kaset C berapa?” Kadang-kadang saya membuat rekaman Single atau EP. Saat meminjam sebuah album, saya malah membeli kaset kosong C 15, memilih lagu-lagu tertentu di CD pinjaman itu untuk dijadikan rekaman mini versi sendiri. Atau kebalikannya, membeli kaset C90 untuk bisa membikin split album versi suka-suka. Pernah juga seorang teman mengirim surat dari luar negeri disertai kaset kosong yang telah diisi oleh lagu-lagu James Iha. Tapi sayangnya, sesungguhnya tak banyak teman-teman saya yang menyukai musik-musik yang “sealiran” dengan saya. Atau dengan kata lain: saya kurang bergaul dengan “anak underground”. Akibatnya, sumber untuk membuat kaset-kaset rekaman tidaklah banyak. Sangat sering saya penasaran dengan sebuah band tapi tak kunjung bisa mendengarkan dan memiliki albumnya karena keterbatasan sumber tersebut. Cara membuat playlist saya ini adalah dengan metode “Rekamin gue, dong” yang klasik itu. Saya ke kamar kerja seorang teman, mengecek lagu-lagu di komputernya, dan membuat kompilasi dari stock lagu yang tersedia di sana. Lebih spesifik lagi, lagu-lagu yang saya pilih dari komputer itu adalah lagu-lagu yang pernah saya rekam atau pernah direkamin oleh teman untuk saya. Kaset dan CD kosong membantu dahaga musik dengan lika-likunya. Termasuk lupa memencet tombol “record”…
Tonite! Wednesday, August 18, 2010; 8-10 PMUpcoming R-n-R Exhibition: ODDIE GETAHOddrockinbeats:: Introduction and playlist, written and handpicked by Oddie Himself :: This is not one of those "to die for", "can't live without" or "the ultimate" playlists. These are the songs to make love to (or fix your bike to.. whatever).
Artikel ini saya peroleh dari Transparency International Indonesia. Sepertinya layak untuk kita ketahui. Semoga saja yang akhirnya terpilih adalah sosok yang kompeten sehingga penyakit kronis korupsi di negeri ini bisa segera habis dibasmi. Semoga saja.
Kesempatan untuk hidup relatif “enak”, “mudah” serta “mapan” sejatinya sudah di depan mata. Fadli (biduan), Iqif (drum), Icad (gitar), & Donny (bas), yang tergabung dalam institusi Stereocase sempat ditawari tampil reguler di tempat-tempat mentereng di antaranya Blowfish, Pizza e Birra, & Food Kulture. Namun koalisi berkesenian bentukan 2008 ini menafikan kans menjadi pengisi tetap, tak terlalu berminat selamanya menjadi band (rock) cover version. Namun alasan utamanya adalah: mereka ingin berkonsentrasi penuh masuk studio dan merekam lagu.
Tomorrow nite! Wednesday, August 11, 2010; 8 - 10 PMUpcoming R-n-R Exhibition: SIMON GRIGGExtended Play:: Introduction and playlist, written and handpicked by Simon Himself :: As a kid growing up in suburban Auckland in the late 1960s, 1970s and 1980s good music was very hard to find. The commercial radio was awful, dominated by mainstream pap with a couple of hours of harder edged rock’n’roll late at night. Then came pirate radio and the underground and it opened a whole new world of adventure to me. Radio didn’t have to be pap. I starting hunting out the sounds I was hearing on my radio under the blankets late at night when I was supposed to be asleep, most especially the bands that were making the sorts of raw garage rock’n’roll in my hometown. By age 16 I was sneaking out and was a regular, under-aged, fixture at the various clubs and bars where bands, most of whom were never recorded, played. It was a short step from there to the forming my own band and then my own label. It set me on a journey I’m still enjoying. I’ve always liked to be challenged by music and almost everything here pushed the boundaries of contemporary music at the time they were released. And they are tunes… every last one of them
DOMESTIC GROOVE ~ Celeb's Chosen Seven is my new column in The Beat (Jakarta) mag. Basically it's an interview via e-mail which focuses on small, intimate, domestic stuff; what Indonesia's public figures are really into, musically speaking. For the very first edition I went upclose-and-personal with Oppie Andaresta.
Edition: July 21, 2010Rock-n-Roll Exhibition: DEDI KRISTIANDaddy-O-Stereo:: Playlist, intro, song descriptions, and photos, written and handpicked by Dedi Himself :: Playlist dibawah adalah normalizer saya di keseharian. Kadang jadi rambu-rambu, kadang jadi ekstase kilat, kadang jadi penenang, kadang menunjukkan siapa saya. Banyak diantaranya adalah musik pengiring saat masih berjumpalitan di pinggir jalan Bali belajar six-step atau air freeze, buat lirik rap dll, disaat anak2 lain berdistorsi dengan gitar listrik dan pakai baju hitam-hitam. Dan lagu2 ini selalu fit in dengan semua periode hidup setelahnya, sampai sekarang. Ditambah dengan lagu-lagu baru yang saya temukan seiring jalan tentunya. All songs define revelations in the long run!
Di kalangan penggemar musik bukan umum, Zeke Khaseli bukanlah nama asing. Kiprah musikalnya terlacak di wilayah publik sejak saat ia masih bersekolah di Seattle, AS. Kala itu, 2001, pria bernama asli Harris Khaseli dengan grupnya, LAIN, merilis album dalam format cakram digital bertajuk Djakarta Goodbye lewat label sendiri, Our Coffee Records. Diikuti, masih di tahun yang sama, dengan menerbitkan single via label lokal, Flat Spills Records, yang melambungkan reputasinya di tanah air: Veteran Travellers.
Tonite! Wednesday, July 28, 2010; 8-10 PMUpcoming R-n-R Exhibition: ADE PUTRIBring Back the Memories!:: Introduction and playlist, written and handpicked by Ade herself :: Berikut ini adalah sederet lagu-lagu yang menyenangkan bagi saya pribadi, dan biasanya membangkitkan memori akan suatu masa yang sudah lampau. Sekitar setengah di antaranya adalah lagu-lagu yang seringkali diputar pada masa acara Monday Mayhem di Parc (Jakarta) sedang berjaya. Sisanya adalah lagu yang tanpa disengaja datang ke dalam hidup saya; dan lantas terpilih menjadi lagu wajib di ribuan pagi hari saya untuk memulai hari maupun malam hari untuk menemani saya menghabiskan bir dinginâ€"dengan atau tanpa teman. So, when I throw a party, most likely you’ll hear some of these;
Edition: May 05, 2010Rock-n-Roll Exhibition: ERIC WIRJANATAAnother Reason to Live:: Playlist, intro, song descriptions, handpicked and written by Eric Himself :: ...Lagu-lagu berikut ini mungkin tidak akan merubah hidup anda, tetapi mereka akan membuat malam hari ini terasa lebih indah...
Tonite! Wednesday, July 21, 2010; 8-10 PMUpcoming R-n-R Exhibition: DEDI KRISTIANDaddy-O-Stereo:: Introduction and playlist, written and handpicked by Dedi Himself :: Playlist dibawah adalah normalizer saya di keseharian. Kadang jadi rambu-rambu, kadang jadi ekstase kilat, kadang jadi penenang, kadang menunjukkan siapa saya. Banyak diantaranya adalah musik pengiring saat masih berjumpalitan di pinggir jalan Bali belajar six-step atau air freeze, buat lirik rap dll, disaat anak2 lain berdistorsi dengan gitar listrik dan pakai baju hitam-hitam. Dan lagu2 ini selalu fit in dengan semua periode hidup setelahnya, sampai sekarang. Ditambah dengan lagu-lagu baru yang saya temukan seiring jalan tentunya. All songs define revelations in the long run!
Menyebut nama Leonardo, barangkali tak banyak masyarakat awam yang mengenalinya. Namun jika menyinggung Vessel atau Zeke and The Popo, mungkin orang akan lebih mahfum. Benar, Leonardo Ringo tadinya adalah biduan dari grup musik hebat---sayang cuma muncul & bertahan sekelebat---Vessel, lalu berlanjut sebagai penggebuk drum sekaligus vokalis di kelompok yang tak kalah dahsyat: Zeke and The Popo. Bukan cuma itu, Leonardo sempat pula muncul di album kompilasi fenomenal yang oleh banyak pengamat disebut kuat merepresentasikan skena alternatif ibukota, JKT:SKRG, lewat projeknya bernama Ruang Hampa. Setelah 18 tahun lintang pukang di blantika berkesenian lokal, akhirnya Leonardo tiba juga di titik berikut karirnya: merilis album solo. Pria yang kerap juga menggunakan identitas berbeda, Mugeni Spacekid, ini bahkan membutuhkan hingga 2 tahun untuk merilis karya perdananya yang diberi judul The Sun. Tak terbilang pula energi, uang, canda tawa, amarah, serta air mata, yang terkuras saat penggarapan komposisi berisikan 12 lagu ini.
Setelah melewati 2 periode, 29 April hingga 29 Mei memilih lima grup musik paling favorit di masing-masing kategori, 29 Mei sampai 29 Juni menyeleksi siapa-siapa yang berhak masuk nominasi, maka ajang festival musik bertajuk ICEMA (Indonesia Cutting Edge Music Awards) kini telah memasuki tahap akhir yaitu pengumuman nama-nama pemenang.
Rudolf Dethu - photo by @viarms

About

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

rudolfdethu

Scroll to Top