search

Moshpit Mavericks

Artikel yang saya tulis dan mengulas tentang album kompilasi MOSHPIT MAVERICKS ~ Celebrating 1 Year+ A Rock Society ini sejatinya adalah artikel lawas, dirilis pertama kali di sebuah September 2007. Tulisan ini saya pikir penting untuk ditayangkan kembali 3 tahun setelahnya, sebab dari sini bisa pula disimak progresi skena musik---tepatnya musik Rock---Bali. A Rock Society sendiri merupakan program pertunjukan musik hidup bulanan bertempat di The Wave yang konsepnya dibikin serta dieksekusi oleh Windu dengan The Blado (permufakatan kerja seni---meliputi event organizer, label rekaman independen, dsb---antara Igo dan saya) serta disponsori oleh A Mild Live Production.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Artikel yang saya tulis dan mengulas tentang album kompilasi MOSHPIT MAVERICKS ~ Celebrating 1 Year+ A Rock Society ini sejatinya adalah artikel lawas, dirilis pertama kali di sebuah September 2007. Tulisan ini saya pikir penting untuk ditayangkan kembali 3 tahun setelahnya, sebab dari sini bisa pula disimak progresi skena musik—tepatnya musik Rock—Bali. A Rock Society sendiri merupakan program pertunjukan musik hidup bulanan bertempat di The Wave yang konsepnya dibikin serta dieksekusi oleh Windu dengan The Blado (permufakatan kerja seni—meliputi event organizer, label rekaman independen, dsb—antara Igo dan saya) serta disponsori oleh A Mild Live Production.

Moshpit Mavericks (MPM), ringkasnya, adalah merupakan rangkuman dari pagelaran bulanan tiap Kamis bertajuk A Rock Society (ARS) dengan sponsor utama A Mild Live Production. Dan ARS sendiri sejauh ini selalu diselenggarakan di The Wave dan telah berjalan lebih dari setahun, tepatnya 16x pertunjukan. Oleh sebuah tim, band-band yang pernah berpartisipasi di ARS diseleksi siapa yang dianggap paling layak, difilter jadi tinggal 15 kelompok saja lalu diintegrasikan di sebuah album kompilasi berjudul MOSHPIT MAVERICKS ~ Celebrating 1 Year+ A Rock Society. MPM boleh divonis sebagai representasi musik Rock Bali paling mutakhir.

Berikut sinopsis anarkis lagu demi lagu:

01. BORN BY MISTAKE ~ IMPURITY
Salah satu band Metal yang dihormati di jazirah Metal Bali. Gitarisnya, Didot, bukan kebetulan adalah mantan personel Eternal Madness, kolektif cepat-cadas lawas yang masih eksis hingga kini. Di tembang ini Igo (Telephone) berpartisipasi sumbang suara merdunya. Sebuah komposisi pasif-agresif yang rancak. Total beautiful chaos.


02. DEVILDICE ~ SUNSET AND BUTTERFLIES

You might as well aware, band ini adalah projek sampingannya si Punk Rock Prince Charming, Jrx. Setelah sebelumnya warna musiknya sumpah sangat Social Distortion (well, I bet Jrx couldn’t help it since Mike Ness is his forever hero), pelan tapi pasti para Kutafornia Kruisers ini bertransformasi jadi Chicano Punk Rockers dengan memasukkan nuansa Mexico di sana-sini. Hell yeah, when life hands you lemon, ask for Tequila, loco!


03. DISCOTION PILL ~ KECEWA
Karib saya bilang musik mereka mengingatkannya pada early material dari Disconnected (Bandung). Ketika saya cek silang ke Kuta Kidz ini mereka bilang mereka justru banyak terpengaruh oleh Boom Boom Satellites, band Sigue Sigue Sputnik-esque asal Jepang (FYI, Dizta, vokalisnya sempat diboyong ke Jepang selama beberapa minggu oleh salah satu band god-knows-what Jepang untuk mengisi suara di 1 lagu mereka. Such a lucky bastard…). Discotion Pill sendiri di Bali sedang naik daun. Wajar saja karena trio muda ini memang himpunan Punktronica sakti mandraguna. Selain skill tiap personel yang lebih-dari-sekadar-3-jurus, Gaya main gitar/menyanyi Dizta juga sanggup mencuri hati, agak mirip Ian Stevenson, frontman Kaimsasikun (FYI Dizta memang jujur bilang bahwa doi adalah fan berat Ian). Setelah Superman Is Dead, Navicula, Suicidal Sinatra, dan The Hydrant, akankah Discotion Pill menyusul meroket? Lord Gary Numan, show ‘em mercy…

04. ED EDDY & RESIDIVIS ~ BALAS DENDAM
Ed Eddy adalah seniman slebor yang sudah banyak makan asam-garam-ronde-wedang jahe. Saking slebornya doi pernah harus bolak-balik ke pengadilan karena dianggap melecehkan institusi kepolisian. Dus Anda gak pernah tau juga kan kalo Ed Eddy bersama band sebelumnya, Soul Rebel, beberapa tahun silam pernah konser sebulan lebih keliling negara-negara Skandinavia (long before Shaggy Dog touring Holland)? If you are into Pub Rock then this is for you.

05. FUZZ CLAN ~ MY HOOD
Fred Durst (karirnya) memang sedang sekarat. Tapi Rap Metal belum mati. Fuzz Clan is the dopest-ass, kickassest boyz in da ‘hood.

06. JEANIE ~ BEGO LOE
Mengklaim diri sebagai penganut Glam Rock. Menyukai Velvet Revolver tanpa ampun. Gitarisnya, jiwa maupun raga, tipikal Sunset Strip Metal maniac. Jeanie pekat mengingatkan saya pada Buckcherry.


07. NAVICULA ~ LIKE A MOTORBIKE
Seattle Sound at its bestest. Arguably Indonesia’s greatest grunge gentlemen. Berat, gigantik, megah, dan gagah.

08. PAINFUL BY KISSES ~ BROTHERS AGAINST BROTHERS
Emocore. Metalcore. Mad-as-hellcore. Sad-and-sorrowcore. Y’all, gimme some more!

09. PARAU ~ DEFIANCE OF DARKNESS
Salah satu hulubalang Metal yang sedang bersinar di Bali. Pahit, bising, dan bertenaga. Oh tidak, lirik Defiance of Darkness sama sekali tidak menyinggung tentang tuduhan PBB terhadap kebiasaan maling duit rakyat sang Jenderal Besar Soeharto. Tabik Eyang.

10. PSYCHOPATHIC ~ MODERN PLASTIC MAN
Marmar—seolah menegaskan nama bandnya—adalah biduan psikopat saat tampil di panggung. Kejang, ayan, kelojotan, salto, koprol, kayang, lari karung, panjat pinang, Attention-Deficit Disorder, you name it. Klub sekecil Parc, seandainya masih ada, bisa berantakan oleh olah tubuhnya. Shake, rattle, Alzheimer, and roll!


11. SUICIDAL SINATRA ~ IBLIS SURGA
Opick/Leo/Kappe/Ajie Sinatra sedang manis meluncur di Living End Avenue. Budweiser-lite, black Cadillac, dan nyiur hijau. Quite an easy listening piece. …Dudes, where’s your whiskey-soaked, Denpasar-inked, pompadoured-to-kill, vampire-lovin’ Psychobilly?

12. TELEPHONE ~ MALAIKAT
Jika hendak belajar menyanyi dengan benar (dus tetap elegan), cari saja Igo. Jika hendak belajar menulis lirik dengan indah (dan nihil elemen cheesy Laskar Cinta-ish + menolak patrun garing so-called Sinetron Down Syndrome), hubungi Telephone. Mau?

13. THE DISSLAND ~ MALAIKAT BERJUBAH TUHAN
Punk Rocker yang lekat dengan imej kelas pekerja dengan massa dari kalangan akar rumput yang duhai fanatik. Awalnya kental teracuni Ramones, sekarang telah berevolusi menemukan jati diri. Way to go, dawgz.


14. THE DJI HARD ~ GALI KUBUR

Dahulu dikenal sebagai Djihad. Sekarang bertransformasi jadi The Dji Hard. Sedikit dari veteran Punk Rock Bali yang masih aktif berteriak. Menyimak Gali Kubur bayangkan monster hijau yatim piatu lagi frustrasi lalu minum arak api—without Coke, and strictly no ice, please—lalu menyanyi. Aaarrggh!
Gerah dan gelisah. Ganas dan garang. Sangar dan bingar. Yang menarik, walau menyanyi dengan gaya marah-menggeram seperti ini, artikulasi Roy tetap terjaga baik dan terdengar crystal-clear (Frankenstein bless you, man) …Hey, saya bahkan tak yakin Rob Zombie bisa bersenandung se”genderuwo” Roy…

15. THE WHEELS ~ SPEED
Bali tercemar Flu Burung? Bukan, Bali terjangkit virus Zeppelin! Kuburkan celana stove pipe-mu, awas, Generasi Cut Bray datang menyerang!

Buka pintu hati. Beri kesempatan pada Bali. Silakan nikmati.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Three Amigos fi
41 years ago this month, Ian "Lemmy" Kilmister, "Fast" Eddie Clarke, and Phil "Philty" Animal, were in the studio to record Iron Fist.
Scroll to Top