search

Meracau Memantau Portmanteau

Dari penelisikan nan obsesif tersebut akhirnya secara natural melebar ke aspek kebahasaan, hal lain yang saya sukai selain musik (dan buku dan busana dan wiski).
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Belakangan saya sedang menyukai—oh, mungkin lebih tepat: belakangan saya sedang kembali menyukai serta tergerak untuk mengulik lebih dalam lagi—segala projek musikal oleh biduan bariton kalem/menenangkan/mematikan Bill Callahan. Menyebut nama itu tentu kita tak bisa lepas dari Smog, pseudonimnya sekaligus sebagai nama band-nya.

Dari penelisikan nan obsesif tersebut akhirnya secara natural melebar ke aspek kebahasaan, hal lain yang saya sukai selain musik (dan buku dan busana dan wiski). Saya berani menebak pasti banyak yang sudah ngeh bahwa “smog” merupakan penggabungan dari dua kata yaitu smoke dan fog. Mungkin cukup berlimpah juga yang paham jika istilah smog muncul di awal abad 20 untuk mendefiniskan jenis awan mutakhir seiring berkembangnya peradaban: awan yang lahir akibat kentalnya polusi udara. Awan “biasa” disebut cloud, awan dari pencemaran udara dijuluki smog.

Tapi, sudah tahu belum kalau kreasi padu padan kata-kata sedemikian rupa sehingga memunculkan makna baru itu disebut sebagai portmanteau? Coba simak sekitar, buka mata lebih lebar—seraya senantiasa istiqomah menghina PKS—bahwa ensiklopedia semilyar umat “Wikipedia” merupakan padu padan wiki + encyclopedia. Aktivitas yang bukan sarapan pagi dan juga bukan makan siang namun di antara keduanya, “brunch”, berasal dari breakfast campur lunch. Karena lokasinya terletak di antara California dan Mexico maka disebut “Calexico”. Alat yang khusus untuk menganalisa nafas (mengetahui seberapa kadar alkohol) “breathalyzer” adalah gabungan breath + analyzer. Hotel yang di depan kamarnya menyediakan tempat parkir untuk kendaraan bermotor dinamai “motel” (motor + hotel). Menjuluki bokong yang indah menggiurkan sebagai “bootylicious” (booty + delicious.) Atau sinergi antara beberapa kekuatan menjadi satu kekuatan yang lebih mencekam: “Brangelina” (Brad Pitt dan Angelina Jolie), “Bennifer” (Ben Affleck & Jennifer Lopez), “TomKat” (Tom Cruise serta Katie Holmes).

Secara teori, menurut Wikipedia Indonesia portmanteau (bentuk jamak: portmanteaux) [pɔːtˈmantəʊ] adalah “kata yang menggabungkan dua atau lebih kata atau bagian kata untuk menghasilkan arti gabungan”. Di situ diberikan contoh “sinetron” (sinema + elektronik) serta “surel” (surat + elektronik.) Portmanteau sendiri umumnya diciptakan untuk merespons kejadian aktual, sebut saja misalnya istilah “cyborg” (cybernetic + organism) yang dimunculkan guna menggambarkan persilangan antara manusia dengan robot atau kehidupan manusia/dunia dengan hal-hal bersifat robotik, penggabungan elemen organik dengan artifisial. Atau yang kini kerap dilakukan oleh para wartawan politik—termasuk di Nusantara—yaitu menambahkan “gate” ketika terjadi skandal yang melibatkan para petinggi jagat politik. Buloggate. Bruneigate. Centurygate. Sukhoigate. Kata “gate” tersebut mencomot dari skandal kolosal Watergate di Amerika Serikat di tahun 70an yang berujung pada mundurnya presiden Nixon.

Portmanteau luggage
Koper klasik portmanteau | ebay.co.uk

Kata portmanteau sendiri tadinya merujuk pada koper yang di dalamnya terbagi menjadi dua bagian yang terpisah/kompartemen. Terma tersebut lalu ditarik ke wilayah kebahasaan pertama kali pada tahun 1871 oleh Lewis Caroll, seorang penulis asal Inggris. Di dalam bukunya, Through the Looking-Glass, ia menciptakan istilah baru “slithy” yang berarti “lithes and slimy” serta “mimsy” yang bermakna “flimsy and miserable”. Lewis Caroll—melalui tokoh rekaan di bukunya—pada bagian pembukaan menjelaskan aksi padu padan katanya itu bagai portmanteau.

Humpty Dumpty’s theory, of two meanings packed into one word like a portmanteau, seems to me the right explanation for all. For instance, take the two words “fuming” and “furious”. Make up your mind that you will say both words, but leave it unsettled which you will say first … if you have the rarest of gifts, a perfectly balanced mind, you will say “frumious”.

Berikut adalah senarai pendek portmanteau yang saya pikir menarik:
➞ Rockumentary (rock + documentary—film dokumenter yang kental bernuansa rock)
➞ Bollywood (Bombay + Hollywood—merujuk pada film India yang pekat pengaruh Hollywood)
➞ Kilogram Parsons (Kilogram + Gram Parsons—julukan yang ditujukan ke Gram Parsons, legenda country rock Amerika akibat konsumsi narkotika berlebih dan berujung pada kematian)
➞ Orgasmatron (orgasm + electronic—tajuk album Motörhead)
➞ Religulous (religion + ridiculous—film dokumenter yang mengolok-olok agama)
➞ Blacksploitation/Blaxploitation (black + exploitation—genre film yang (pada mulanya) khusus dibuat bagi audiens kulit hitam dengan tema yang juga familiar di kalangan kulit hitam)
➞ Blogebrity (blog + celebrity—mantan penulis di media korporat yang banting setir menjadi penulis lepas mengurusi blognya sendiri lalu namanya amat berkibar, menjadi selebritas; atau orang biasa yang sukses melonjakkan popularitas blognya)
➞ Skype (sky + peer-to-peer—mesin pembunuh Telkom, institusi BUMN lamban dan tambun yang direkturnya terlalu sibuk berdagang buku motivasi sambil melulu memuji dirinya sendiri)
➞ Pornado (porn + tornado—serbuan pop-up bagai topan, brojol bermunculan saat kalian sedang mencuri-curi membuka situs porno di kala jam kerja)
➞ Eau d’ouche (eau de toilette + douchebag—wangi menyengat/menyentak/menyerang/meluluhlantakkan dari pria pelanggan Celebrity Fitness yang mengenakan kaos hitam ketat Dolce & Gabanna/merek sejenis dan bersepatu sebangsa Nike Air Max 90 merah darah)
➞ Nekromedsos (nekrolog + media sosial—*ini saya mengarang sendiri, terinspirasi dari Facebook Necrologist*, sebutan bagi penggiat jejaring sosial yang selalu siaga mengucap duka cita setiap kali seorang selebritas meninggal dunia)
➞ Medsosdramarama (media sosial + drama + o-rama—*ini juga mengarang sendiri* tipe penggiat media sosial yang bertabiat mirip Kanye West seraya mengintegrasikan seluruh akun Twitter/Facebook/Path/Instagram menjadi satu dan menganggap dunia di luar dirinya adalah penonton dan dirinya adalah mega bintang paling bersinar di Madison Square Garden lalu memberitakan setiap cuil langkahnya di panggung ke setiap akunnya di jagat maya secara—boom!—serentak. Me. Selfie. Me. Selfie. Me. Selfie. Yeezus!)
➞ … (Silakan tambahkan portmanteau lain yang menurut anda menarik)

www.mfsasr.com
www.mfsasr.com

Nah, yang membuat saya bingung, di Wikipedia—English Wikipedia—sendiri diberikan contoh beberapa portmanteau dalam Bahasa Indonesia semisal “nasgor”, “caper”, “Kopassus”, “asbun”, pula “Suramadu”, “warnet”, “copas”, dan “Jabodetabek”. Saya pikir contoh-contoh yang disebut duluan tak tepat digolongkan sebagai portmanteau sebab bukan merupakan padu padan dari dua atau lebih kata (yang masing-masing memiliki kekuatannya sendiri-sendiri) lalu melahirkan sebuah istilah baru dengan makna yang juga sama sekali, atau relatif, baru. “Smog” adalah awan berpolusi. “Motel” ya hotel berfasilitas kamar langsung tempat parkir. Makan pada jam 10.45 itu bukan breakfast dan belum lunch, istilah “brunch” memang paling pas. Kalau “nasgor”? Nasi + goreng. “Caper”? Cari + perhatian. “Kopassus”? Komando + pasukan + khusus. “Asbun”? Asal + bunyi. Semua itu menurut saya adalah singkatan biasa, akronim semata, bukan portmanteau.

Berbeda dengan terma-terma yang dijejerkan berikutnya. “Suramadu” penggabungan dari Surabaya + Madura. “Warnet” dari warung + internet. “Copas” dari copy + paste. “Jabodetabek” dari Jakarta + Bogor + Depok + Tangerang + Bekasi. Semuanya sudah tepat digolongkan sebagai portmanteau sebab masing-masing kata mempunyai kekuatannya sendiri-sendiri dan ketika disatukan berakibat lahirnya makna baru.

Bagaimana dengan “jutek”? Judes + teknologi. Mungkin lebih pas dikategorikan sebagai singkatan. Namun masing-masing kata mempunyai karakter khasnya sendiri-sendiri plus sanggup memunculkan makna lumayan baru (bandingkan: “ibu tiri di drama keluarga TVRI pasti judes” dengan “Ani Yudhoyono tipe ibu-ibu jutek”). Eh, sama saja ya? Hehe. Bagaimana menurut anda?

SIMAK JUGA
Anagrammatic Pop Pseudonym
Mano Cornuta
Ganyang Nasionalisme Usang Lalu Sambut Pahlawan Baru
Disodomi Genderuwo
Hikayat Pemakzulan & Senggama Terputus
ESF: Titik Dua

__________________

• Tulisan ini mengutip paling banyak dari Wikipedia (Inggris dan Indonesia)
• Sampul artikel dipinjampakai dari pdxfilm.wordpress.com

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top