search

Melepaskan Progresi Mental Secara Digital dan Gratis

Gejala-gejala sosial di Indonesia selalu menjadi alasan sebagian besar bangsanya untuk bersikap apatis terhadap lingkungan sekitar karena terkadang membuat masyarakat terbelit dan terpojok dengan kebijakan-kebijakan aneh yang lahir di tengah-tengah mereka. Sementara itu polisi-polisi moral menjadi arogan dan self pretentious dengan alibi-alibinya agar bisa terlihat peduli dan bekerja atas nama negara Indonesia dan kepentingan institusi atau organisasinya. Sajama Cut mungkin salah satu di antara jutaan orang dan ribuan band di Indonesia yang melihat fenomena ini dan mengkritik lewat double single "Twice (Rung the Ladder)" / "Poral Molice" yang dirilis serentak secara digital melalui beberapa situs online yang salah satunya adalah rudolfdethu.com di hari Kamis, 24 Februari 2011.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Double Single Sajama Cut: Melepaskan Progresi Mental Secara Digital dan Gratis

Gejala-gejala sosial di Indonesia selalu menjadi alasan sebagian besar bangsanya untuk bersikap apatis terhadap lingkungan sekitar karena terkadang membuat masyarakat terbelit dan terpojok dengan kebijakan-kebijakan aneh yang lahir di tengah-tengah mereka. Sementara itu polisi-polisi moral menjadi arogan dan self pretentious dengan alibi-alibinya agar bisa terlihat peduli dan bekerja atas nama negara Indonesia dan kepentingan institusi atau organisasinya.

Sajama Cut mungkin salah satu di antara jutaan orang dan ribuan band di Indonesia yang melihat fenomena ini dan mengkritik lewat double single “Twice (Rung the Ladder)” / “Poral Molice” yang dirilis serentak secara digital melalui beberapa situs online yang salah satunya adalah rudolfdethu.com di hari Kamis, 24 Februari 2011.

Sajama Cut merasa tidak harus terjebak dengan strategi marketing yang konvensional. “Daripada merilis dalam bentuk CD, kami lebih memilih untuk memanfaatkan media online dalam mendistribusikan dua lagu ini secara gratis kepada para pendengar musik. Menurut saya, mengedukasi musik lebih menantang, daripada mengeksploitasinya. Kami kurang suka dengan strategi RBT. Di samping itu, merilis dua single sekaligus adalah sesuatu yang baru bagi Sajama Cut.” ungkap Randy Apriza Akbar, selaku bassist di Sajama Cut.

Dion Panlima Reza (gitar) membenarkan bahwa ini adalah pertama kalinya dua track dirilis dalam waktu bersamaan. “Pada dasarnya, Sajama Cut ingin membebaskan interpretasi orang-orang saat mendengarkan ‘Twice’ sekalipun di dalam lagu tersebut memang ada sesuatu yang dibicarakan secara mendalam.” jelasnya.

“Lirik ‘Twice’ membicarakan tentang proses meninggalkan sesuatu yang lama  ke sesuatu yang baru. Bisa kehidupan, pekerjaan, tempat tinggal, dan apapun itu,” lanjut Banu Satrio, sang drummer. “Sedangkan judul ‘Poral Molice’ diambil dari pergantian huruf pertama pada dua suku katanya yang berasal dari kata moral police atau polisi moral. Liriknya berisi tentang orang-orang yang terjebak dalam ideologinya sendiri di tengah peradaban. Waktu dan globalisasi seakan-akan menjadi musuh pikirannya,” jelas Andre Humala (synthesizer).

“Di dalam dua single tersebut, kami mendapatkan benang merah secara tidak sengaja. Lagu ‘Twice’ dan ‘Poral Molice’ bisa berarti proses meninggalkan cara pemikiran yang kuno atau archaic, ke arah yang lebih kritis, dan haus akan progresi mental tanpa henti sesuai keinginan hati nurani.” jelas Marcel Thee.

Sementara itu Hans Patria (synthesizer, perkusi) menambahkan, “Banyak orang mengeluhkan aksi anarkistik dari organisasi yang mengatasnamakan kepercayaannya. Di samping itu, pejabat negara kita yang bertingkah dengan kebijakan-kebijakan sepihak seperti berencana untuk memblokir akses komunikasi di satu media dengan alasan yang kurang masuk akal. Ini sangat tidak adil. Banyak orang yang dibuat panik hanya karena hal seperti ini. Bisa dibilang, merekalah yang menginspirasikan kami untuk mengeluarkan dua single itu.”

Sajama Cut kembali meramaikan industri musik Indonesia sejak kemunculannya dengan album terbaru mereka yang berjudul Manimal. Album ketiga ini dirilis di bawah label The Bronze Medal Recording Company dan didistribusikan oleh Demajors. Band asal Jakarta ini terdiri dari Marcel Thee (vokal, gitar), Dion Panlima Reza (gitar), Andre Humala (synthesizer), Randy Apriza Akbar (bas), Hans Citra Patria (synthesizer, perkusi), dan Banu Satrio (drum) dan terbentuk di tahun 2001. Single “Less Afraid” yang menjadi salah satu soundtrack di film Janji Joni (2004) sempat melambungkan nama band ini sehingga semakin dikenal banyak orang. Begitu juga dengan single “Fallen Japanese” dan “Alibi” yang sukses membuat Sajama Cut diperhitungkan sebagai salah satu band yang memiliki musikalitas tinggi di Indonesia. Sebelumnya, Sajama Cut juga pernah merilis dua album, yaitu Apologia (2002) dan The Osaka Journals (2005).

♫ Unduh “Twice (Rung the Ladder)” di sini ♫

♫ Unduh “Poral Molice” di sini ♫

SIMAK JUGA
Five Men, Pop-Manoeuvres & Manimal
Q: Are They Not Manimals? A: They Are Sajama Cut!
_____________________

• Info lebih lanjut silakan kontak:
Irfandy Farwezy Hamzah
Publicist and Media Relations
0838.9574.8080 | [email protected] | PIN BB: 21592D91
• Tonton juga video resmi “Twice (Rung the Ladder)”:

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top