search

Max RNR Monarchy #1: Beten Jepun

Foto jaman dulu yang menyimpan kisah kental tentang bad behaviour, cheap booze, dan bromance.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
maxmonarchy-01-betenjepun

Foto jaman dulu yang menyimpan kisah kental tentang bad behaviour, cheap booze, dan bromance.

Ini, semoga tebakan saya benar, di tahun 2001. Salah satu tempat utama kami kongkow-kongkow adalah Beten Jepun milik Gusde Sutama. Saya saat itu relatif belum lama memanajeri Superman Is Dead. Di kala yang sama saya juga masih terlibat aktif di label adibusana rock-n-roll maksimum yang barangkali paling pertama di Nusantara: Suicide Glam. Tampak di sebelah kiri saya si punk rock prince charming, JRX, dan Joe Brown, rekan satu band JRX di Culture on Fire (band JRX pra-Devildice).

Duduk di seberangnya ialah Ade Adinata. Pria bertutur kata halus ini dulu sempat mengantarkan SID tur ke Jakarta. Kini Ade berprofesi sebagai guru yoga. Duduk di sebelah Ade adalah Jaler. Lelaki tegap ganteng tersebut kerap menjadi model Suicide Glam. Sementara yang berdiri bernama Dedut. Saya dan Dedut di masa itu−selain merupakan karib saya di banyak aktivitas ilegal dan amoral−sang cowok tinggi ramping bertugas menggebuk drum di band hura-hura kami, Emocore Revolver.

Masa lalu bergajulan macam demikian yang membentuk kami menjadi manusia macam sekarang. Sukses? Tidak juga. Haha. Kami bukan motivator. Plus ini bukan ujaran mengenai zero to hero. Senang saja mengingat masa lalu yang bagi kami sungguh badass.

#MaximumRocknrollMonarchy

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

SHADEN
Barangkali mengejutkan, tembang power pop “Dunia Belum Berakhir” oleh Shaden yang dirilis di tahun 2000 ini oh-ternyata punya peran lumayan signifikan di skena punk rock Bali Selatan, utamanya Twice Tape Shop (jalan raya Legian). Anak skena macam Superman Is Dead, Jihad (sebelum berubah nama ke The Dji Hard), Emocore Revolver, Commercial Suicide, dsb, mereka adalah saksi kunci.
GeliatMusikBali-slide
Tanpa terasa, tiada dinyana, sebentar lagi kita bakal masuk ke tahun baru 2019. Jika seksama diperhatikan, di skena musik, ada fenomena menarik yang terjadi. Kota-kota besar di Jawa seperti Jakarta, Bandung, dan Jogja yang tadinya seolah menggiring selera anak muda Nusantara, belakangan tampak berkurang. Terjadi pergeseran kekuatan.
Scroll to Top