search

LUX INTERIOR, PSYCHOBILLY, & ROCKABILLY VOODOO

Jika saja biduan The Cramps, Lux Interior, masih hidup, maka biduan The Cramps ini bakal berusia 72 tahun.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
The Cramps formasi klasik: Poison Ivy, Lux Interior, Bryan Gregory dan Nick Knox. Lokasi: Electric Ballroom, Camden Town, London, Maret 1980 | Sumber foto: Naked City Clothing

Dua hari lalu, 21 Oktober, adalah tanggal lahir Lux Interior. Jika saja ia masih hidup maka biduan The Cramps ini bakal berusia 72 tahun.

Pria bernama asli Erick Lee Purkhiser ini merupakan salah satu sosok monumental dalam tumbuhkembangnya Psychobilly—Rockabilly dengan energi punk rock nan kotor, mentah, garang, serta in your face. Unsur horor sering pula mencekami Psychobilly.

Istilah Psychobilly sendiri terlacak muncul pertama kali di lirik “One Piece at a Time” yang ditulis oleh Wayne Kemp untuk Johnny Cash. Namun Lux lah yang dipercaya paling bertanggungjawab mempopulerkan istilah Psychobilly. Pada pertengahan 70an, kala mempromosikan konser The Cramps ia menyebut grupnya mengusung jenis musik Psychobilly x Rockabilly Voodoo.

Dengan warna suara dan olah vokal yang kental pengaruh Elvis Presley, suami Poison Ivy—rekan sepaguyuban di The Cramps—ini tenar dengan gaya panggung yang provokatif, kental nuansa seksual, dan gemar mengulum mikrofon, seolah sedang mengisap penis dalam-dalam.


Penampilan Lux Interior dan Rekan pada tahun 1980 di Santa Monica Auditorium, Kalifornia, Amerika Serikat. Membawakan tembang “Tear It Up”, Lux tampak mempraktikkan kemahirannya ber-deep throat.


Lux bersama The Cramps unjuk aksi di Oyafestivalen di Oslo, Norwegia, November 2006. Ini adalah panggung besar terakhirnya. Tiga tahun kemudian, 2009, Lux meninggal akibat diseksi aorta, gangguan di pembuluh darah.

The Hydrant, grup musik yang saya manajeri, walau tak sampai jauh bereksperimen dengan Psychobilly, namun di beberapa lagu terdampak tipis-tipis virus Psychobilly. Paling tidak dengan ritme lebih cepat dan garang. Sebut saja di “Whiskey Warriors” misalnya. Atau aksi panggung nan khas mereka: akrobat-sentrifugal, jumpalitan jaya jaya. Super solid punk rock energy, almost psychobilly.

Salam hormat dan selamat ulang tahun di liang kubur, Lux Interior!

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top