search

The Upstairs: Katalika

Terakhir kali menghentak khalayak lewat Magnet! Magnet! pada 2009, grup new wave asal Jakarta ini akhirnya muncul kembali di senja warsa 2012 dengan album tergresnya bertajuk Katalika.
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

↓ For English version please scroll down

Terakhir kali menghentak khalayak lewat Magnet! Magnet! pada 2009, grup new wave asal Jakarta ini akhirnya muncul kembali di senja warsa 2012 dengan album tergresnya bertajuk Katalika.

Terdiri dari 8 tembang dengan bonus 1 hidden track, kelompok veteran yang telah mewarnai skena dansa sejak lebih dari satu dekade ini masih mengusung etos musikalnya yang bernuansa riang bagai kerlap-kerlip lantai disko. Band yang kini personel utamanya tinggal bertiga yaitu Jimi Multhazam (biduan), Andre Idris (gitar), dan Beni Adhiantoro (drum) serta dua musisi tambahan ini selain bak kembali dari hibernasi, trio ini menganggap Katalika sebagai titik balik, pelatuk pemicu evolusi pendewasaan. Kematangan tersebut tergambar dari segi teknis aransemen, tata suara mau pun lirik. Pun di perkara berpakaian, salah satu departemen esensial dalam eksistensi The Upstairs, arah dandan yang tadinya cerah-benderang dengan padu padan warna-warna berani, agresivitasnya sekarang agak dikurangi. Tenang dan mapan—dengan etos sadar busana yang sinambung terjaga—adalah opsi mereka hari ini. Mengenai perubahan menuju ke arah lebih stabil ini, simak komentar mereka, “Bukan artinya album ini tidak punya semangat atau berkesan biasa-biasa saja, tapi justru menandakan kemapanan The Upstairs dalam bermusik serta pengalaman yang sudah menginjak lebih dari satu dekade. Terinspirasi dari hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari bukan lantas menjadikan lirik kami tidak bermakna, justru menjadikan The Upstairs band unik yang mampu menjadikan sederhana menjadi membahana.” Satu hal lagi yang mereka tegaskan adalah bahwa langgam ajojing Jimi yang khas lagi atraktif tak pernah berubah, tetap Iggy-ish campur Jagger-esque seperti sedia kala.

Dalam konteks lirik, The Upstairs sumringah berkisah mengenai keseharian yang terkesan sederhana tapi sejatinya pantang dipandang sebelah mata. Sebab lirik-lirik puitis bersahaja a la Jimi sejatinya adalah tema nyata, fakta di sekitar kita, sehingga mau tidak mau para pendengar bakal mengangguk setuju sembari menertawakan diri sendiri. Semisal di tembang yang sekaligus merupakan single pertamanya, “Sekelebat Menghilang”, lalu “Percakapan”, juga “Berbangga Sejenak” atau pun “Selamat Datang di Tubuh Kami” yang, menurut Jimi, “Menggunakan perspektif unik tentang betapa tubuh kita selalu terisi oleh bahan-bahan beracun baik dari makanan, minuman, juga udara.”

Berdiri pada Oktober 2001, paguyuban anak muda alumni Institut Kesenian Jakarta ini mencuri perhatian publik muda dengan warna musik berfondasi elektronik yang notabene kala itu minim pengusungnya serta ditimpali gaya dandan marak-menyalak plus bonus geliat joget nan memikat khas Jimi Multhazam. Popularitas mereka di skena alternatif seketika melambung ketika kemudian merilis mini album Antah Berantah pada awal 2002. Status cult tersebut akhirnya melebar ke wilayah mainstream ketika duo The Jadugar merilis video klip dari single pertama The Upstairs “Apakah Aku Berada di Mars Atau Mereka Mengundang Orang Mars”. Kini mereka kembali sekaligus menghadiahkan album terbarunya, Katalika, bagi jemaah loyal mereka: Modern Darlings.

Ikuti terus perkembangan mereka dengan bergabung di Facebook page www.facebook.com/theupstairs dan silakan juga tonton video “Sekelebat Menghilang”.

English version

The Jakarta new wave veterans, The Upstairs, are back. Following the release of their last album, Magnet! Magnet! in 2009 they went on quite a long hiatus. A few weeks ago they finally showed up again with strong new record called Katalika.

According to the group, who have been around since October 2001, this fourth composition is to celebrate their 11th anniversary and is also a special gift, a thank you gesture to their die-hard fans, Modern Darlings.

Now as a trio formation (plus 2 additional musicians)—Jimi Multhazam (vocal), Andre Idris (guitar), and Beni Adhiantoro (drums)—the band consider Katalika as the starting point of their evolution from loud and aggro collective into a calmer and more mature group, musically speaking. The arrangement, lyrics and sound have acquired a softer, more laid-back quality. Even in their fashion style they have moved away from the dramatic bright neon they have been famous for towards lower profile, safe-steady colors. Although, Jimi’s Jagger-esque meets Iggy-ish quirky dance moves will remain the same.

Join their Facebook page www.facebook.com/theupstairs to be the new Modern Darlings and keep yourself totally updated.

________________________

• This article was firstly published on The Beat (Jakarta) #76, Nov 26 – Dec 09, 2012
• Photos by Agung Hartamurti
• Artwork on the front page by Helmy Maha Esay

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.

Related

Scroll to Top