search

Metropolutan

Heard this song played live a few nights ago at Granat concert. Heavy-hittin' hard rock anthem. Masculine. Mid-tempo madness. Down. Dirty. Riff. Rhythm. Hook. Foooook!
Ekspatriat asal Amerika, Joe Petagno, mengenal Ian "Lemmy" Kilmister ketika Joe dipekerjakan oleh band space-rock legendaris Inggris, Hawkwind. Begitu kenal, satu sama lain langsung klik. Klop. Cocok."We immediately got along like a house on fire---or better yet, a city"Kata Joe kepada majalah Revolver via e-mail. Lemmy lalu bilang bahwa bandnya, Bastard, butuh logo yang in-your-face dan frontal merefleksikan outlaw biker Amerika. Joe---setelah melalui riset yang butuh konsentrasi penuh (thanks to Jack Daniels)---akhirnya menyodorkan imej yang di kemudian hari ultra populer mulai dari wilayah Rock hingga fashion: Snaggletooth.
Tonite! Wednesday, September 01, 2010; 8-10 PMUpcoming R-n-R Exhibition: MARZUKI MOHAMMADAnimisme Progresif:: Introduction and playlist, written and handpicked by Zuki Himself :: Aku lahir di Prambanan, daerah di mana hingga sekarang banyak terdapat candi-candi Hindu dan Budha. Ironis, karena eksistensi candi-candi itu tidak didukung oleh komunitas religius, kecuali di hari raya agama-agama tersebut. Aku juga sadar bahwa candi itu dibangun tak jauh dari abad di mana Nabi Mohammad hanya bisa memugar Ka'bah di Mekkah dalam teknik arsitektur yang paling sederhana, dan sekarang menjadi kiblat sembahyang mayoritas penduduk Indonesia. Jika melihat aku saat ini, potret ironi tentang tempat dimana aku lahir tersebut juga tergambar jelas; sebagai anak seorang ustadz, ketua Muhammadiyah di daerah tersebut, juga pendiri pesantren setempat, sejak kecil dididik sebagi muslim. Bapak dari Hidayat Nur Wahid, mantan presiden PKS itu, selalu menjadi wakil bapakku, maka tidak heran jika sekarang dua kakakku adalah DPR PKS, maka jangan heran nama aseliku Marzuki Mohammad. Dengan background semacam itu tentu waktu kecil aku mendegar lagu-lagu nasid dan musik-musik bernuansa Islami, untungnya juga mendengar gamelan dan menikmati kesenian-kesenian tradisional di daerah setempat. Jika kemudian aku menjadi seperti sekarang, tentu ada masa di mana aku menghabiskan banyak energi dan waktu yang sangat panjang untuk bernegosiasi dan berkompromi dengan keluargaku tentang jalan hidup yang aku pilih dan percaya. Aku memulai petualangan musikal secara serius baru ketika SMA. Tapi juga banyak sekali yang akan terlewat jika aku membuat playlist untuk mempresentasikan petualangan tersebut, karena aku selalu berusaha mendengar dan menikmati genre musik apa pun, juga karena saat ini semua idola bagiku sudah mati; itu kenapa aku punya alias Kill the DJ---if DJ is a God, I’ve killed lots of Gods! Juga lumayan susah mengingat-ingat karena koleksi recordku pernah hilang ketika rumahku kerampokan waktu aku tinggal di Paris.
Edition: August 11, 2010Rock-n-Roll Exhibition: SIMON GRIGGExtended Play:: Playlist, intro, song descriptions, and some of the photos, written and handpicked by Simon Himself :: As a kid growing up in suburban Auckland in the late 1960s, 1970s and 1980s good music was very hard to find. The commercial radio was awful, dominated by mainstream pap with a couple of hours of harder edged rock’n’roll late at night. Then came pirate radio and the underground and it opened a whole new world of adventure to me. Radio didn’t have to be pap. I starting hunting out the sounds I was hearing on my radio under the blankets late at night when I was supposed to be asleep, most especially the bands that were making the sorts of raw garage rock’n’roll in my hometown. By age 16 I was sneaking out and was a regular, under-aged, fixture at the various clubs and bars where bands, most of whom were never recorded, played. It was a short step from there to the forming my own band and then my own label. It set me on a journey I’m still enjoying. I’ve always liked to be challenged by music and almost everything here pushed the boundaries of contemporary music at the time they were released. And they are tunes…every last one of them.
Press release Superman Is Dead ~ The Hangover Decade ini saya telah buat lalu tayangkan pertama kali pada tahun 2004. Barangkali tulisan yang membahas album kedua grup asal Bali bersama Sony Music Indonesia ini sudah terbilang agak usang di masa sekarang. Namun tetap saya tampilkan di situs pribadi saya ini demi mendokumentasikan perspektif yang pernah saya tuangkan agar menjadi lebih rapi, tak lagi berceceran tak beraturan, bisa menjadi arsip yang sahih lagi sinambung.
DOMESTIC GROOVE ~ Celeb's Chosen Seven is my new column in The Beat (Jakarta) mag. Basically it's an interview via e-mail which focuses on small, intimate, domestic stuff; what Indonesia's public figures are really into, musically speaking. For the second edition I went upclose-and-personal with Ario Bayu.
Edition: August 04, 2010Rock-n-Roll Exhibition: SAMMY BRAMANTYORude Awakening of the Sultans of Satan with the Ace of Spades:: Introduction and playlist, written and handpicked by Sammy Himself :: Terima kasih sebelumnya kepada kakak saya yang sudah memperkenalkan musik-musik ‘setan’ seperti ini di masa kecil saya, dan juga mengajarkan bagaimana memainkan lagu Metallica One waktu pertama kali saya belajar bermain gitar kelas 5 SD. Tanpa musik seperti ini mungkin sekarang saya sudah menjadi pengurus Rohis atau kader PKS. Bertahun-tahun mendengarkan, mengkoleksi, dan memainkan lagu-lagu non mainstream, dan sekaligus bertahun-tahun itu juga bekerja di stasiun radio mainstream membuat lagu-lagu di playlist berikut ini mungkin akan terdengar cukup random. Catchy, memorable, sing-alongs, originality, and attitude. Itu menjadi poin-poin pemilihan saya malam ini. Saya tidak ingin menggempur pendengar dengan lagu-lagu keras tanpa ampun. Seperti kata Mille Petrozza dari Kreator pada sebuah wawancara, “Saya tidak selalu mendengarkan musik metal. Apabila melakukannya, mungkin sekarang saya sudah gila!”. Tapi buat saya apabila berawal dari metal, berakhir dengan metal. Enjoy!
Tonite! Wednesday, August 25, 2010; 8-10 PMUpcoming R-n-R Exhibition: EDY KHEMODMusic for the (Next) Jilted Generation:: Introduction and playlist, written and handpicked by Khemod Himself :: Hai anakku yang belum lahir, apa kabarmu! Walaupun kamu belum muncul di dunia ini, tapi Ayah ingin memberi peninggalan untukmu. Sayangnya aku bukan miliarder, jadi belum bisa memberimu mobil mewah atau kapal tanker. Jadi apa boleh buat, untuk sementara Ayah beri kamu sesuatu yang tidak kalah kerennya: Playlist Ayah. Sedikit bagian dari Ayah, semacam artefak dari jaman jahiliyah Ayah untuk kamu ketahui. Nak, semoga selera musik Ayah masih masuk dengan seleramu. Jadi tidak sia-sia perjuanganku berhari-hari mencoba membuat playlist ini. Kalau ternyata selera kita tidak nyambung, ya maaf kalau begitu. Tapi coba saja dengarkan sebagai wawasan, mudah-mudahan bermanfaat di pergaulan nanti. Tidak kuper lah paling ngga. Lagu-lagu yang membentuk masa pertumbuhan Ayah, mulai dari jaman Ayah kecil diam-diam menyelinap ke kamar pakde-pakdemu, mendengarkan Genesis dan Rush, main ke rumah pakde Arian mendengarkan Iron Maiden & Metallica, masa-masa ABG Ayah di panggung-panggung Saparua Bandung, bermain skate di TLL Bandung, hingga gemerlap dunia malam di ibukota (itu lain cerita, nanti Ayah ceritakan lain waktu... kalau tidak malu). Nak, semoga playlist 2 jam ini bisa menjadi kenang-kenanganmu tentang Ayah. Paling tidak kamu bisa cerita ke teman-teman sekolah kamu, kalau Ayah kamu selera musiknya ngga jelek-jelek amat. Dan memudahkan kamu mendapat pasangan ketika sedang puber nanti.
Ulasan tentang KOIL ~ Blacklight Shines On ini saya telah tayangkan pertama kali sekitar 3 tahun silam. Barangkali tulisan yang membahas album yang menjadi bonus di majalah Rolling Stone edisi November 2007 ini sudah termasuk usang di masa sekarang. Namun tetap saya tampilkan di situs pribadi saya ini demi mendokumentasikan artikel-artikel yang pernah saya bikin agar menjadi lebih rapi, tak lagi berceceran tak beraturan, bisa menjadi arsip yang sahih lagi sinambung.
Setelah menerbitkan debut album self-titled, Iron Maiden, kontingen asal Layton, Inggris, ini melanjutkan gebrakan keduanya dengan merilis Killers. Selain merupakan partisipasi perdana dari gitaris Adrian Smith serta sebaliknya partisipasi terakhir dari vokalis Paul Di’Anno, yang patut pula diperhatikan adalah perubahan imej dari maskot Iron Maiden, “Eddie”. Jika sebelumnya tampang Eddie cenderung datar dan kosong plus berambut jabrik (perhatikan foto paling atas) maka di album keluaran 9 Februari 1981 tersebut imej Eddie sedikit diimprovisasi oleh Derek Riggs, sang kreator. Rambut dibuat lebih lebat dan berisi, khas gaya “big hair” yang memang sedang populer pada masa itu (konon terinspirasi oleh Farah Fawcett). Ekspresi wajah juga jadi lebih galak. Selain itu, Eddie digambarkan membawa kapak (ax). “Eddie adalah sosok gitaris (dalam bahasa gaul musik Rock sering juga diistilahkan dengan axman) maka itu dia menenteng kapak (ax)”, ujar seniman yang hingga 20 tahun berikutnya aktif menggarap sampul album Iron Maiden. Derek menegaskan bahwa pengembangan karakter Eddie tidaklah direncanakan. Semuanya mengalir saja.
Edition: June 30, 2010Rock-n-Roll Exhibition: BIN HARLANButuh Kaset C Berapa?:: Playlist, intro, and song descriptions, written and handpicked by Bin Himself :: Saat masih kuliah, cukup sering saya melihat eksekutif muda memborong CD progressive rock di Aquarius Pondok Indah. Waktu itu saya hanya terus membatin,”Nanti kalau gue udah kerja, giliran gue yang kayak begitu. Gue borong CD-CD kesukaan gue”. Kenyataannya, sampai sekarang saya tak kunjung mapan. Hingga di era penampakan dan perdagangan vinyl di Facebook, saya hanya mampu membeli sedikit demi sedikit CD band luar negeri di toko-toko tenar yang kian sepi. Menggeluti permusikan menggiring pada dua hal: rasa penasaran dan jiwa koleksi. Penasaran ketika bertemu visual, membaca resensi album, atau mendapat informasi tentang sebuah band dari teman-teman. Jiwa kolekasi membuat suasana toko rekaman musik seperti sekuntum dongeng hangat. Tapi, rasa penasaran dan jiwa koleksi senantiasa dihadang hambatan: akses mendapatkan barang yang diinginkan dan kondisi keuangan. Sulit. Solusinya: teman-teman dan kaset (belakangan CD) kosong Merekam dan direkamin adalah petualangan. Berlama-lama di kamar teman untuk membuat kompilasi. Menulis judul-judul lagu. Menyalin sampul CD impor menjadi sampul kaset fotokopian. Pertanyaan penutup saat ingin direkamin sebuah album rekaman bisanya masalah durasi, “Butuh beli kaset C berapa?” Kadang-kadang saya membuat rekaman Single atau EP. Saat meminjam sebuah album, saya malah membeli kaset kosong C 15, memilih lagu-lagu tertentu di CD pinjaman itu untuk dijadikan rekaman mini versi sendiri. Atau kebalikannya, membeli kaset C90 untuk bisa membikin split album versi suka-suka. Pernah juga seorang teman mengirim surat dari luar negeri disertai kaset kosong yang telah diisi oleh lagu-lagu James Iha. Tapi sayangnya, sesungguhnya tak banyak teman-teman saya yang menyukai musik-musik yang “sealiran” dengan saya. Atau dengan kata lain: saya kurang bergaul dengan “anak underground”. Akibatnya, sumber untuk membuat kaset-kaset rekaman tidaklah banyak. Sangat sering saya penasaran dengan sebuah band tapi tak kunjung bisa mendengarkan dan memiliki albumnya karena keterbatasan sumber tersebut. Cara membuat playlist saya ini adalah dengan metode “Rekamin gue, dong” yang klasik itu. Saya ke kamar kerja seorang teman, mengecek lagu-lagu di komputernya, dan membuat kompilasi dari stock lagu yang tersedia di sana. Lebih spesifik lagi, lagu-lagu yang saya pilih dari komputer itu adalah lagu-lagu yang pernah saya rekam atau pernah direkamin oleh teman untuk saya. Kaset dan CD kosong membantu dahaga musik dengan lika-likunya. Termasuk lupa memencet tombol “record”…
Tonite! Wednesday, August 18, 2010; 8-10 PMUpcoming R-n-R Exhibition: ODDIE GETAHOddrockinbeats:: Introduction and playlist, written and handpicked by Oddie Himself :: This is not one of those "to die for", "can't live without" or "the ultimate" playlists. These are the songs to make love to (or fix your bike to.. whatever).
Artikel ini saya peroleh dari Transparency International Indonesia. Sepertinya layak untuk kita ketahui. Semoga saja yang akhirnya terpilih adalah sosok yang kompeten sehingga penyakit kronis korupsi di negeri ini bisa segera habis dibasmi. Semoga saja.
Kesempatan untuk hidup relatif “enak”, “mudah” serta “mapan” sejatinya sudah di depan mata. Fadli (biduan), Iqif (drum), Icad (gitar), & Donny (bas), yang tergabung dalam institusi Stereocase sempat ditawari tampil reguler di tempat-tempat mentereng di antaranya Blowfish, Pizza e Birra, & Food Kulture. Namun koalisi berkesenian bentukan 2008 ini menafikan kans menjadi pengisi tetap, tak terlalu berminat selamanya menjadi band (rock) cover version. Namun alasan utamanya adalah: mereka ingin berkonsentrasi penuh masuk studio dan merekam lagu.

rudolfdethu

[instagram-feed feed=1]
Scroll to Top