search

Awas Serigala!

Manusia serigala bertebaran di sekitar kita. Sepertinya ungkapan tersebut tepat untuk menggambarkan fenomena yang kian kerap terungkap di negeri Ini. Coba kita kilas balik, tentu masih lekat di ingatan kejadian memalukan sekaligus menyedihkan dimana perempuan yang menjadi korban: Syekh Puji (praktek pedofilia, menikahi gadis di bawah umur), A'a Gym (poligami sumbang, ingkar janji), Anand Krishna (pelecehan seksual), serta yang terbaru Zainuddin MZ (pelecehan seksual).
Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print

Manusia serigala bertebaran di sekitar kita. Sepertinya ungkapan tersebut tepat untuk menggambarkan fenomena yang kian kerap terungkap di negeri Ini. Coba kita kilas balik, tentu masih lekat di ingatan kejadian memalukan sekaligus menyedihkan dimana perempuan yang menjadi korban: Syekh Puji (praktek pedofilia, menikahi gadis di bawah umur), A’a Gym (poligami sumbang, ingkar janji), Anand Krishna (pelecehan seksual), serta yang terbaru Zainuddin MZ (pelecehan seksual).

Kisah barusan sungguh memalukan sebab melibatkan sosok kondang yang notabene pemuka agama/tokoh spiritual yang justru memberi contoh prilaku buruk, berbudi pekerti negatif, kontra-agama, berlawanan dengan apa yang selama ini mereka gembar-gemborkan. Amat menyedihkan karena semua korbannya adalah perempuan yang relatif tidak berdaya serta berusia muda. Dan muslihat yang digunakan untuk melenggangkan jalannya dalam mencapai tujuan adalah dengan memanfaatkan jabatan plus kekayaan yang mereka miliki. Sebut saja Syekh Puji misalnya. Ia jelas-jelas telah melanggar Pasal 7 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974  yang menyebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun, juga menyalahi Undang Undang Perlindungan Anak yaitu menyetubuhi anak di bawah umur. Sementara Ulfa, gadis yang dinikahinya, saat itu baru berusia 11 tahun 10 bulan (dalam sebuah kesempatan pria bernama asli Pujiono ini malah pernah berkoar hendak menikahi bocah berumur 9 dan 7 tahun).

Lain lagi A’a Gym. Dai yang di setiap ceramahnya sering mengusung tema keluarga yang rukun dan terkesan menghargai perempuan—makanya ia kemudian melimpah memiliki penggemar dari kalangan ibu-ibu—ternyata faktanya bohong belaka. Abdullah Gymnastiar, nama A’a Gym di KTP, dusta pada apa yang diajarkannya dengan mengelabui istrinya lalu menikah lagi. Kemudian Anand Krishna beserta Zainuddin MZ tercemar reputasi adiluhungnya akibat tindakan tercela berupa pencabulan terhadap gadis-gadis remaja (antara 16 hingga 19 tahun).

Yang mengenaskan dari segala cerita di atas adalah penyelesaian kasusnya. Cuma di awal saja aparat penegak hukum terkesan serius menanganinya: Tokoh ini diambil paksa dari rumahnya, Dai itu diharuskan segera menghadap, si guru spiritual dimintai keterangan intensif, pihak berwajib telah mengamati serius kejahatan kelamin oleh oknum tertentu, dan seterusnya. Semakin bulan situasi yang tadinya “panas” pelan-pelan dibiarkan mengecil apinya hingga berakhir mati, membeku mendingin. Para perempuan yang jadi korban akhirnya terperosok kebingungan, kelimpungan tak tahu harus berbuat apa lagi, tak tahu minta pertanggungjawaban ke siapa lagi.

Nah, dari ragam contoh kelam tersebut, kaum perempuan bisa belajar banyak. Bahwa orang-orang yang tampaknya baik, bijak bestari, teguh beragama, bisa saja hanya terlihat demikian di permukaan. Bisa jadi ia adalah sosok licin lagi berbahaya. Makin berbahaya lagi ketika oknum tersebut merupakan orang yang mempunyai jabatan tinggi, termasuk orang terpandang. Karena akan lebih mudah baginya menipu dan memanipulasi lingkungan sekitarnya. Para wanita musti pintar menjaga diri, piawai membaca situasi. Jangan sampai tergiur mulut manis, janji-janji kosong, gemah ripah hadiah, dari pria-pria bejat ini. Istilah Inggrisnya: “There’s no free lunch” alias “tiada makan siang gratis” alias ketika kalian para perempuan muda tiba-tiba didekati pria manula—apalagi tokoh terkenal—bisa dijamin mereka pasti, pasti sekali, ada maunya. Kalian harus pintar menjaga diri, selalu awas, stay alert.

Dan jika semuanya sudah terlambat, alias kalian telah terjebak perangkap, jangan cepat putus asa, masih ada jalan:
1. Bicara terus terang kepada orang tua. Jangan disimpan saja.
2. Hubungi pihak berwajib, tentunya.
3. Di saat yang sama, kontak juga yayasan-yayasan yang fokus pada perlindungan perempuan.
4. Gunakan jejaring sosial di internet sebagai instrumen penekan lainnya. Lihat apa yang terjadi pada Prita Mulyasari, tekanan publik lewat internet terbukti ampuh membantu penyelesaian kasus agar ditangani serius.

Tapi yang paling utama wahai para wanita: Awas serigala!

____________________

*Tulisan ini pertama kali tayang di situs Yayasan Indonesia Untuk Kemanusiaan YSIK www.ysik.org
*Foto Syekh Puji di halaman depan dipinjam dari indonesia.faithfreedom.org
*Kartun Syekh Puji dipinjam dari situs Wahyu Kokkang wahyukokkang.wordpress.com
*Foto A’a Gym dipinjam dari situs wartakota.co.id
*Foto Anand Khrisna dipinjam dari situs anandashram.wordpress.com
*Foto Zainuddin MZ dipinjam dari situs ayam-berkokok.blogspot.com

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email
Print
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Rudolf Dethu

Rudolf Dethu

Music journalist, writer, radio DJ, socio-political activist, creative industry leader, and a qualified librarian, Rudolf Dethu is heavily under the influence of the punk rock philosophy. Often tagged as this country’s version of Malcolm McLaren—or as Rolling Stone Indonesia put it ‘the grand master of music propaganda’—a name based on his successes when managing Bali’s two favourite bands, Superman Is Dead and Navicula, both who have become two of the nation’s biggest rock bands.
Scroll to Top